Kuliner

Bolu Cupu, Sepotong Rasa Manis yang Merangkum Sejarah dan Budaya Kayuagung

Bolu Cupu, Sepotong Rasa Manis yang Merangkum Sejarah dan Budaya Kayuagung. Sumber: Dokumentasi Adi/gradasigo

Bolu Cupu, Sepotong Rasa Manis yang Merangkum Sejarah dan Budaya Kayuagung. Sumber: Dokumentasi Adi/gradasigo

Kayuagung, gradasigo – Aroma harum gula merenap dan tepung terigu panggang menyeruak dari dapur Ibu Ningmas Kalung (63), seorang perempuan paruh baya yang telah puluhan tahun menjaga kelestarian sebuah warisan kuliner leluhur.

Di tangannya, adonan sederhana berubah menjadi sepotong kue tradisional yang sarat makna: Bolu Cupu.

Kue berbentuk bundar cembung dengan warna cokelat keemasan ini bukan sekadar camilan biasa. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya masyarakat Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.

Menelisik asal-usul Bolu Cupu ibarat menyelami lorong waktu, kembali ke masa keemasan Kesultanan Palembang Darussalam.

Kue ini dipercaya telah ada sejak abad ke-17, dimana ia menjadi hidangan istimewa yang disajikan dalam upacara adat dan keagamaan kerajaan.

"Dulu, Bolu Cupu hanya dibuat oleh keluarga bangsawan dan disajikan pada momen-momen spesial," tutur Ibu Ningmas sambil menyusun Bolu Cupu yang baru matang di atas wadah plastik.

"Kue ini dianggap sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan," tambahnya.

Nama "Cupu" sendiri berasal dari wadah kecil berbentuk bulat yang biasa digunakan untuk menyimpan perhiasan atau benda-benda berharga lainnya.

Bentuk Bolu Cupu yang menyerupai cupu mengandung makna simbolis tentang kehidupan yang penuh berkah dan rezeki.

Tak hanya bentuknya yang unik, Bolu Cupu juga menyimpan filosofi mendalam.

Bahan-bahannya yang sederhana, hanya tepung terigu, telur, dan gula, mencerminkan filosofi hidup masyarakat Kayuagung yang menjunjung kesederhanaan.

"Kue ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki," ungkap Bapak Ahmadin Ilias, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, saat ditemui di ruang kerjanya.

"Meskipun terbuat dari bahan yang sederhana, Bolu Cupu memiliki cita rasa yang istimewa. Seperti halnya hidup, kebahagiaan dapat ditemukan dalam kesederhanaan," paparnya.

Di era modern ini, Bolu Cupu tidak hanya dihidangkan pada acara-acara tradisional. Kue ini telah bertransformasi menjadi oleh-oleh khas Kayuagung yang diburu wisatawan.

"Banyak wisatawan yang penasaran dengan rasa Bolu Cupu," ujar Ibu Tini, pemilik toko oleh-oleh di Kayuagung. "Mereka tertarik dengan bentuknya yang unik dan cita rasanya yang khas."

Untuk menarik minat generasi muda, beberapa produsen Bolu Cupu melakukan inovasi dengan menambahkan berbagai varian rasa, seperti pandan, coklat, dan keju. Namun, Bolu Cupu tradisional dengan rasa original tetap menjadi primadona.

Meskipun tetap eksis, Bolu Cupu juga menghadapi tantangan di era modern ini. Salah satunya adalah persaingan dengan berbagai jenis kue modern yang lebih variatif dan menarik.

"Kami perlu terus berinovasi agar Bolu Cupu tetap diminati oleh masyarakat. Misalnya dengan mengembangkan kemasan yang lebih modern dan menarik," ungkap Ibu Ningmas.

Selain itu, regenerasi pembuat Bolu Cupu juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk mempelajari dan melestarikan kue tradisional ini.

"Kami berharap pemerintah daerah dapat lebih aktif dalam mempromosikan dan melestarikan Bolu Cupu," ujar Bapak Ahmadin Ilias. "Misalnya dengan mengadakan festival kuliner atau pelatihan pembuatan Bolu Cupu bagi generasi muda."

Bolu Cupu bukan hanya sekedar kue, tetapi juga merupakan cerminan dari sejarah, budaya, dan filosofi hidup masyarakat Kayuagung.

Di tengah arus modernisasi, Bolu Cupu tetap bertahan dan menjadi bagian penting dari identitas kuliner OKI.

Dengan upaya pelestarian yang berkelanjutan, diharapkan Bolu Cupu akan terus mengharumkan nama Kayuagung dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.

Related Post