News

Desa Energi Berdikari Pertamina NRE Dorong Ekonomi Nelayan Subang Lewat Olahan Limbah Ikan

Program Desa Energi Berdikari Pertamina NRE di Subang tingkatkan ekonomi para nelayan melalui pengolahan ikan dengan inovasi energi. (Dok. Pertamina NRE)

Program Desa Energi Berdikari Pertamina NRE di Subang tingkatkan ekonomi para nelayan melalui pengolahan ikan dengan inovasi energi. (Dok. Pertamina NRE)

Kabar BUMN, gradasigo – Komitmen Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dalam memberdayakan masyarakat pesisir kembali dibuktikan lewat program Desa Energi Berdikari di Desa Rawameneng, Kabupaten Subang.

Melalui kolaborasi dengan PT Jawa Satu Power (JSP), inisiatif ini hadir untuk membantu para nelayan mengubah ikan-ikan kecil yang semula tak bernilai jual menjadi produk bernilai ekonomi tinggi, seperti tepung ikan.

Desa Rawameneng yang terletak di sekitar wilayah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa-1 dikenal sebagai kawasan nelayan, di mana sebagian besar warganya menggantungkan hidup dari hasil laut.

Setiap hari, aktivitas pelelangan ikan berlangsung di Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Karya Baru.

Namun, tidak semua hasil tangkapan memiliki nilai jual tinggi.

Ikan-ikan kecil atau rucah kerap dibuang karena dianggap tidak menguntungkan.

Kini, kondisi tersebut mulai berubah.

Melalui program Desa Energi Berdikari, Pertamina NRE dan JSP mendampingi para nelayan dalam memanfaatkan limbah ikan menjadi tepung ikan, yang bisa dijual sebagai bahan pakan unggas dan ikan.

Untuk mendukung proses produksi, Pertamina juga menghadirkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 2.200 watt peak (Wp) yang digunakan untuk mengoperasikan mesin pengering ikan.

"Desa Energi Berdikari Pertamina bertujuan membantu masyarakat agar mandiri energi maupun ekonomi.

"Kami melihat Desa Rawa Meneng memiliki potensi bagus untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

"Dan dengan memanfaatkan PLTS, biaya energi untuk memproduksi produk olahan ikan di KUD Mina Karya Baru menjadi lebih hemat," ujar Rika Gresia, Manager Corporate Communication Pertamina NRE saat sesi edukasi bersama nelayan. Program ini menyasar sedikitnya 35 nelayan kapal kecil dan 140 anggota KUD Mina Karya Baru.

JSP secara konsisten memberikan pendampingan agar pemberdayaan ekonomi masyarakat terus berkelanjutan.

Selain membantu menghemat biaya produksi, penggunaan PLTS juga menjadi langkah nyata dalam mendukung penurunan emisi karbon.

"Biasanya ikan rucah ini kami buang karena harganya sangat rendah.

"Tapi dengan adanya program ini ikan rucah yang tidak bernilai jual itu bisa kami olah jadi tepung ikan sehingga menjadi bernilai ekonomi.

"Apalagi mesin pengeringnya dioperasikan dengan menggunakan PLTS, biaya produksi jadi lebih hemat," ungkap Karyono, Ketua KUD Mina Karya Baru.

Produk tepung ikan ini tidak hanya memiliki nilai jual di Desa Rawameneng saja, tetapi juga berpotensi menyasar desa-desa lain yang menjalankan usaha peternakan ayam dan itik.

John Anis, CEO Pertamina NRE, menegaskan bahwa transisi energi tidak hanya soal teknologi, tetapi juga pembangunan masyarakat yang mandiri dari sisi energi dan ekonomi.

“Kami terus berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat, tidak hanya mengenai energi baru terbarukan, tapi juga pemanfaatannya, demi lingkungan dan praktik ekonomi berkelanjutan,” jelas John.

Senada dengan itu, VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menambahkan bahwa program Desa Energi Berdikari merupakan wujud kontribusi Pertamina dalam menggerakkan ekonomi rakyat berbasis energi bersih.

"Sehingga, kami berharap program ini tak hanya berdampak bagi ekonomi, juga pengurangan emisi karbon," ujarnya.

Hingga kini, Pertamina Grup telah membangun 172 titik lokasi Desa Energi Berdikari di berbagai penjuru Indonesia.

Inisiatif ini menegaskan sinergi antara pemanfaatan energi bersih dan pemberdayaan komunitas lokal, terutama masyarakat pesisir yang menyimpan potensi besar dalam pengembangan ekonomi berbasis sumber daya alam terbarukan.

Dilansir dari laman kabarbumn.com

Related Post