Madiun, gradasigo - Langit Caruban belum sepenuhnya terang ketika langkah kaki para siswa mulai menjejak Alun-Alun Reksogati. Berseragam rapi, membawa semangat muda yang menyala-nyala, mereka bukan sekadar datang untuk belajar—mereka datang untuk tampil, merayakan, dan menghidupkan pendidikan yang lebih dari sekadar angka di atas kertas. Inilah EDU EXPO 2025, gelaran akbar pendidikan dari Kabupaten Madiun yang digelar dalam rangka menyambut dan memeriahkan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Selama sepuluh hari penuh, mulai 2 hingga 11 Mei 2025, Alun-Alun Reksogati bukan hanya menjadi pusat kota, tapi juga pusat mimpi dan harapan. Ribuan siswa dari PAUD, SD, SMP, SMA/SMK, hingga PKBM tampil secara bergilir dari tujuh korwil yang ada, membawakan karya terbaik dari hasil proses belajar yang tak selalu terwakili dalam ujian atau raport.
Di tengah semarak lampu panggung dan tawa riuh anak-anak, Siti Zubaidah, S.Pd., M.M, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun, berdiri tenang namun penuh semangat.
“EDU EXPO ini bukan sekadar seremonial. Ini adalah bukti bahwa pendidikan itu hidup, menyentuh, dan bermakna. Di sinilah anak-anak kita tumbuh menjadi manusia seutuhnya—berilmu, berbudaya, dan percaya diri,” ujarnya dengan mata berbinar.
Dari Jurus Silat Hingga Dongkrek
EDU EXPO 2025 dibuka dengan penuh kebanggaan lewat Upacara Hardiknas dan penampilan kolosal 501 siswa SMP yang memperagakan senam jurus khas Kampung Pesilat. Sebuah simbol bahwa pendidikan lokal bisa bersanding dengan warisan budaya.
Saat malam tiba, panggung budaya pun menampilkan Dalang Cilik, generasi muda yang menjaga nyala api pewayangan agar tak padam digerus zaman.
Tak berhenti di situ, pada tanggal 3–5 Mei, pentas Pekan Seni Pelajar (PSP) menjadi sorotan utama. Para pelajar dari SD, SMP, hingga SMA/SMK tampil membawakan karawitan, dongkrek, dan pencak silat, mengajak penonton menyelami kekayaan budaya Madiun dalam irama dan gerak.
“Ini bukan cuma seni, tapi juga identitas. Anak-anak kita tampil dengan kebanggaan menjadi bagian dari Madiun,” tutur Zubaidah, yang dikenal dekat dengan para guru dan siswa.
Tujuh Korwil, Satu Semangat
Setiap hari, satu per satu korwil tampil: Korwil 1 hingga Korwil 7, masing-masing membawa pertunjukan dan inovasi. Dari seni tari tradisional, pameran lukisan, robotik sederhana, hingga pertunjukan musik pelajar. Ini adalah pendidikan yang membebaskan: merdeka belajar dalam bentuk nyata.
Anak-anak yang biasanya duduk di bangku kelas kini berdiri di atas panggung. Mereka tak hanya diuji secara akademis, tapi juga diakui lewat ekspresi seni dan keberanian tampil di hadapan publik.
Musik, Teknologi, dan Kolaborasi
Puncak kemeriahan akan terjadi pada 10 Mei, saat Parade Band Pelajar menghentak panggung. Tak tanggung-tanggung, acara ini juga menghadirkan band nasional, Zenith Band, yang akan menambah semangat anak muda. Dan pada 11 Mei, EDU EXPO ditutup dengan pertunjukan Seni Budaya SMA & SMK sebagai simbol bahwa pendidikan di Madiun siap menghadapi masa depan, tanpa meninggalkan akar budaya.
Di balik gemerlap acara, hadir pula dukungan dari berbagai pihak seperti Sarung Tenun Gajah Duduk, MPM Distributor, DMR Production, hingga komunitas kreatif Madiun Fest dan merek lokal Wovin. Kolaborasi inilah yang membuat EDU EXPO lebih dari sekadar acara: ia menjadi gerakan bersama.
Menumbuhkan Harapan di Tanah Sendiri
“Anak-anak ini adalah harapan. Tugas kita bukan sekadar mengajar, tapi menyalakan semangat mereka,” lanjut Zubaidah.
Dengan wajah-wajah cerah pelajar yang berdiri di tengah alun-alun, membawa cita-cita dan karya mereka, tampak jelas bahwa pendidikan di Madiun tak berjalan sendiri. Ia didukung oleh guru yang berdedikasi, orang tua yang peduli, dan pemerintah yang progresif.
EDU EXPO 2025 adalah perayaan. Tapi lebih dari itu, ia adalah pernyataan: bahwa Madiun peduli pada pendidikan yang memanusiakan, memerdekakan, dan mempersiapkan masa depan.