Bisnis

Gaji Boleh Sama, Tapi Bos Ini Beda! Dikasih 10 Hari Cuti Nggak Mood, Atasan Dilarang Nolak!

Mungkin sekarang saatnya berhenti mengagungkan “kerja keras tanpa henti”. Foto :  instagram/btgfeed

Mungkin sekarang saatnya berhenti mengagungkan “kerja keras tanpa henti”. Foto : instagram/btgfeed

China, gradasigo - Di tengah dunia kerja modern yang sering kali lebih mirip maraton tak berujung, burnout jadi masalah serius yang makin sulit dihindari. Tapi siapa sangka, sebuah perusahaan ritel di China justru bikin gebrakan keren—dan cukup radikal—untuk menghadapinya.
 
Yu Donglai, CEO sekaligus pendiri jaringan retail Pang Dong Lai, memperkenalkan kebijakan yang bikin netizen angkat topi: cuti “nggak mood kerja” selama 10 hari tiap tahun, dan yang paling keren, atasan nggak boleh nolak. Titik.
 
Yup, kamu nggak salah baca.
Kebijakan ini disebut “unhappy leave”, yang berarti kalau kamu lagi suntuk, jenuh, stres, atau bahkan cuma pengin menyendiri jauh dari deadline, kamu berhak ambil cuti—tanpa perlu alasan medis atau drama panjang. Dan yang penting, ini bukan gimmick, tapi kebijakan resmi yang udah dijalankan di seluruh jaringan toko Pang Dong Lai.
 
“Ketika kamu tidak bahagia, jangan kerja. Hidup terlalu singkat untuk terus memaksakan diri,” kata Yu Donglai dalam salah satu wawancaranya yang viral.
 
Pang Dong Lai: Tempat Kerja Rasa Surga
Nggak cuma soal cuti mood, Pang Dong Lai emang punya sistem kerja yang jauh dari kesan korporat kejam. Coba bayangin:
  1. Jam kerja cuma 7 jam per hari
  2. Libur setiap akhir pekan
  3. Cuti tahunan antara 30 sampai 40 hari
  4. Libur panjang saat Tahun Baru Imlek, biar karyawan bisa healing bareng keluarga
Gimana nggak ngiler? Di saat banyak karyawan di tempat lain masih harus lembur tanpa bayaran atau kerja di hari libur, kebijakan ini terasa seperti mimpi yang terlalu manis untuk jadi nyata.
 
Kenapa Ini Penting Banget?
Karena burnout bukan cuma soal capek.
Menurut WHO, burnout adalah sindrom akibat stres kerja kronis yang belum dikelola dengan baik. Dampaknya? Turunnya motivasi, produktivitas jeblok, sampai potensi gangguan kesehatan mental.
 
Kebijakan “unhappy leave” adalah bukti bahwa ada cara lain untuk mengelola manusia di tempat kerja—cara yang lebih empati, lebih manusiawi.
 
Tantangan dan Peluang:
Meskipun banyak yang memuji langkah ini, muncul pertanyaan besar:
  1. Apakah model seperti ini bisa diterapkan di luar China?
  2. Mampukah perusahaan tetap profit jika karyawannya sering ambil cuti karena bad mood?
  3. Dan, lebih penting lagi—kapan perusahaan kita ikutan?
Jawabannya mungkin belum pasti. Tapi langkah Yu Donglai jelas membuka mata banyak orang bahwa kesehatan mental bukan bonus, tapi hak. Dan kantor bukan penjara.
 
Kalau Pang Dong Lai bisa, kenapa yang lain nggak?
Mungkin sekarang saatnya berhenti mengagungkan “kerja keras tanpa henti” dan mulai merayakan kerja cerdas yang berpihak pada manusia. Karena, ujung-ujungnya, karyawan bahagia = produktivitas alami. Tanpa tekanan, tanpa paksaan.

Related Post