Yogyakarta, gradasigo - Gunung Merapi kembali menunjukkan aktivitas yang patut diwaspadai. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan bahwa pada Selasa (9/4), Merapi meluncurkan guguran lava sebanyak tujuh kali dengan jarak luncur maksimum mencapai 1.800 meter ke arah Kali Bebeng.
Guguran lava pijar ini terjadi dalam kurun waktu pagi hingga siang hari. Meskipun tidak disertai letusan eksplosif, namun intensitas dan jarak luncurnya membuat warga di sekitar lereng Merapi, khususnya di sektor barat daya, diminta meningkatkan kewaspadaan.
“Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan–barat daya, meliputi Sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih,” ujar Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso.
Gunung Merapi saat ini berada pada Status Siaga (Level III) sejak November 2020, dan aktivitasnya masih tergolong tinggi. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas dalam radius 3–7 kilometer dari puncak, tergantung arah bukaan kawah.
BPPTKG juga mengimbau:
- Masyarakat tidak terpancing isu erupsi yang tidak jelas sumbernya
- Pendaki dilarang mendekati area kawah
- Petugas pemantauan dan relawan siaga untuk evakuasi darurat jika diperlukan
Langit cerah, tapi isi perut Merapi panas membara. Foto dan video dari warga serta kamera CCTV pemantau menunjukkan aliran lava pijar menyala merah membelah lereng dengan intensitas sedang. Beberapa desa sempat terdengar sirine tanda siaga bencana.
Merapi, Si Cantik Berbahaya yang Selalu Siap Mengejutkan.
Sebagai salah satu gunung api paling aktif di dunia, Merapi tak henti mengingatkan kita bahwa alam punya cara sendiri untuk bergerak. Satu momen lengah, bisa berujung bencana.