Jakarta, gradasigo – Gemerlap Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah tahun ini diwarnai dengan munculnya sebuah fenomena unik di jagat maya: challenge tarian THR. Bukan sekadar memberikan amplop berisi uang, banyak keluarga dan individu yang memilih untuk membagikan THR dengan cara yang lebih interaktif dan menghibur, yaitu melalui sebuah tarian khas yang gerakannya menyerupai penguin.
Namun, popularitas tarian ini tak lepas dari kontroversi, di mana isu yang menyebutkan bahwa tarian tersebut berasal dari budaya Yahudi sempat viral dan menimbulkan berbagai reaksi di kalangan warganet. Benarkah demikian? Mari kita telusuri fakta sebenarnya di balik tren joget THR ala penguin ini.
Setelah dilakukan penelusuran mendalam, terungkaplah fakta yang mengejutkan. Koreografi gerakan tarian THR yang sedang viral dan kerap disebut sebagai "joget penguin" ini ternyata tidak berasal dari bangsa Yahudi maupun Israel, seperti yang sempat ramai diperbincangkan.
Asal usul tarian melompat-lompat yang enerjik ini justru dapat ditelusuri hingga ke negara Finlandia. Di negeri seribu danau tersebut, tarian rakyat ini dikenal dengan nama Letkajenkka.
Tarian Letkajenkka mulai populer di Finlandia pada awal abad ke-20. Namun, popularitasnya semakin meroket pada era 1950-an, bahkan merambah ke berbagai media di luar negeri, termasuk televisi Jerman.
Gerakan khas dari tarian ini adalah melompat-lompat kecil secara berirama, yang ternyata sangat mudah dipadukan dengan berbagai jenis musik.
Dilansir dari Billboard, pada masa kejayaannya, tarian Letkajenkka seringkali diiringi oleh lagu instrumental berjudul "Letkiss" yang diciptakan oleh musisi Finlandia, Rauno Lehtinen. Irama ceria dan tempo yang cepat dari lagu "Letkiss" sangat cocok dengan gerakan melompat-lompat yang menjadi ciri khas tarian ini.
Menariknya, pada era yang sama, sebuah tarian dengan konsep yang serupa juga sempat viral di Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam, tarian ini dikenal dengan nama Bunny Hop dance.
Menurut catatan sejarah, tarian Bunny Hop pertama kali tercipta di Balboa High School, San Francisco, pada tahun 1952. Koreografi tarian ini menjadi semakin populer setelah sering ditayangkan dalam acara televisi "The Ray Anthony Show," di mana tarian ini diiringi oleh alunan musik jazz yang enerjik dari band pengiring acara tersebut.
Meskipun memiliki nama yang berbeda, gerakan melompat-lompat yang menjadi inti dari tarian Bunny Hop memiliki kemiripan dengan tarian Letkajenkka dari Finlandia.
Versi tarian melompat yang saat ini viral di Indonesia ternyata juga sudah lama dikenal di negara-negara Eropa Tenggara, khususnya di wilayah Balkan seperti Albania dan Romania. Di kedua negara ini, tarian melompat yang dipadukan dengan gerakan khas yang menyerupai penguin seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan pesta pernikahan.
Para tamu undangan, tua maupun muda, biasanya akan ikut serta dalam tarian yang riang dan menghibur ini.
Menurut laporan dari media di Romania, seperti yang dilansir oleh Ring, lagu yang digunakan untuk mengiringi tarian ini di wilayah Balkan sudah bukan lagi musik Finlandia seperti "Letkiss." Melainkan, mereka menggunakan musik khas negara-negara Balkan yang berjudul "Dansul Pinguinului," yang secara harfiah berarti "tarian penguin" dalam bahasa Romania.
Tak heran, koreografi tarian ini pun semakin identik dengan julukan "penguin dance" karena gerakan melompatnya yang seringkali diikuti dengan gerakan tangan yang menirukan sayap penguin.
Sebelum akhirnya mencapai Indonesia dan menjadi tren di kalangan warganet saat Lebaran 2025, demam tarian melompat ala penguin ini ternyata sudah terlebih dahulu melanda Arab Saudi sejak tahun 2024.
Menurut laporan dari Al Arabiya News, tren tarian ini bahkan diprediksi berpotensi menyaingi popularitas tren-tren dance viral sebelumnya seperti Harlem Shake dan Gangnam Style.
Di Arab Saudi, lagu pengiring tarian ini memiliki nuansa Timur Tengah yang khas dan sedikit mirip dengan irama padang pasir, dan tarian ini disebut dengan nama "Raqsat al-batriq," yang juga memiliki arti "tarian penguin" dalam bahasa Arab.
Gelombang tren tarian penguin ini akhirnya sampai juga di Indonesia, tepatnya pada momen perayaan Lebaran tahun 2025. Banyak warganet Indonesia yang kemudian menggunakan tarian ini sebagai cara yang unik dan seru untuk membagikan THR kepada sanak saudara dan kerabat.
Video-video yang menampilkan aksi joget penguin saat memberikan THR pun dengan cepat menjadi viral di berbagai platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan Twitter.
Cara melakukan joget penguin ini pun cukup sederhana dan mudah diikuti. Gerakannya kurang lebih sama, yaitu menggoyangkan kaki kanan dan kiri masing-masing sebanyak dua kali, kemudian melompat ke depan satu kali, melompat ke belakang satu kali, dan diakhiri dengan melompat ke depan sebanyak dua kali lagi, mengikuti irama musik yang biasanya ceria dan upbeat.
Kesederhanaan gerakan inilah yang membuat tarian ini mudah ditiru dan semakin banyak orang yang ikut serta dalam challenge ini.
Meskipun asal usul tarian ini sudah jelas bukan dari budaya Yahudi, pertanyaan mengapa isu tersebut sempat mencuat tetap menarik untuk dianalisis. Kemungkinan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kurangnya informasi yang akurat mengenai asal usul tarian tersebut, serta adanya potensi kesalahpahaman atau bahkan disinformasi yang menyebar di media sosial.
Selain itu, karena tarian ini telah menjadi viral di berbagai belahan dunia, termasuk di kalangan komunitas Yahudi yang juga pernah menarikan dance ini dalam berbagai acara atau perayaan, hal ini mungkin secara keliru diinterpretasikan sebagai asal usul tarian tersebut.
Namun, penting untuk dipahami bahwa partisipasi sebuah komunitas dalam sebuah tren tidak secara otomatis menjadikannya sebagai pencetus tren tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tarian THR yang viral di Lebaran 2025 ini bukanlah berasal dari budaya Yahudi atau Israel, melainkan memiliki akar sejarah di Finlandia dengan nama Letkajenkka, dan kemudian menyebar serta mengalami adaptasi di berbagai negara, termasuk di wilayah Balkan dan Arab Saudi, sebelum akhirnya menjadi tren di Indonesia.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana tradisi bagi-bagi THR di Indonesia tetap lestari dari generasi ke generasi, namun juga mengalami perkembangan dan adaptasi seiring dengan kemajuan teknologi dan media sosial.
Challenge tarian THR ala penguin ini menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia semakin kreatif dalam merayakan momen-momen penting dan berbagi kebahagiaan dengan cara yang unik dan menghibur. Yang terpenting, kita telah meluruskan kesalahpahaman mengenai asal usul tarian ini dan dapat terus menikmati keseruannya tanpa perlu terbebani oleh informasi yang tidak benar.