Kolom

Ke Mana Arah Pendidikan Kita Tanpa Guru Penggerak?

Program Guru Penggerak dihentikan, lantas apa penggantinya? Ilustrasi Foto : Logo Guru Penggerak

Program Guru Penggerak dihentikan, lantas apa penggantinya? Ilustrasi Foto : Logo Guru Penggerak

Madiun, gradasigo - Keputusan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk tidak melanjutkan program Guru Penggerak adalah sebuah langkah yang memantik banyak pertanyaan. Program yang selama ini digadang-gadang sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberdayakan guru di garda terdepan kini terhenti di tengah jalan. Apa yang sebenarnya terjadi, dan ke mana arah reformasi pendidikan kita?

 

Mimpi Besar yang Terganjal

Guru Penggerak adalah simbol dari transformasi pendidikan. Program ini lahir dari kebutuhan mendesak untuk melahirkan para pendidik yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi, memimpin, dan membawa perubahan di lingkungan sekolah mereka. Selama berjalannya, banyak guru melaporkan dampak positif, baik pada cara mereka mendidik maupun pada kualitas hubungan mereka dengan siswa.

 

Namun, penghentian program ini mengindikasikan adanya tantangan yang tidak terselesaikan—baik dari segi pendanaan, prioritas kebijakan, maupun dukungan politik. Jika benar alasan utamanya adalah efisiensi anggaran, maka patut dipertanyakan: mengapa pendidikan, yang jelas-jelas merupakan investasi jangka panjang, justru menjadi salah satu sektor yang "dikorbankan"?

 

Akibat Jangka Panjang

Dampak penghentian ini tidak hanya dirasakan oleh guru yang tengah mengikuti program, tetapi juga oleh ekosistem pendidikan secara keseluruhan. Program ini dirancang untuk mencetak pemimpin pendidikan yang akan melahirkan perubahan di sekolah-sekolah, khususnya di daerah terpencil dan tertinggal. Tanpa program ini, upaya untuk mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan di berbagai daerah berpotensi terhambat.

 

Selain itu, penghentian ini juga dapat mengikis kepercayaan guru terhadap komitmen pemerintah dalam mendukung profesi mereka. Guru adalah pilar pendidikan, dan keputusan seperti ini bisa membuat mereka merasa tidak dihargai.

 

Alternatif dan Harapan

Meski program ini dihentikan, harapan untuk perbaikan pendidikan tidak boleh pupus. Pemerintah harus menjelaskan secara transparan alasan penghentian ini dan menawarkan solusi lain yang tidak kalah strategis. Mungkin pengembangan guru dapat dialihkan ke program berbasis digital yang lebih murah, atau kolaborasi dengan swasta dan organisasi masyarakat sipil untuk melanjutkan program sejenis.

 

Selain itu, dialog antara pemerintah, guru, dan pemangku kepentingan lainnya harus terus berjalan. Aspirasi para pendidik di lapangan harus didengar, karena mereka yang paling tahu tantangan dan kebutuhan sebenarnya.

 

Mengingatkan Prioritas

Keputusan ini menjadi pengingat bahwa pendidikan sering kali berada di persimpangan jalan ketika berbicara soal prioritas nasional. Padahal, pendidikan bukan sekadar kewajiban negara, melainkan fondasi utama untuk membangun generasi masa depan yang kompetitif.

 

Kita semua, sebagai masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk terus mengawal kebijakan pendidikan. Jangan sampai visi besar mencerdaskan kehidupan bangsa hanya menjadi slogan tanpa realisasi.

 

Akhir kata, mari kita berharap agar penghentian program Guru Penggerak ini bukanlah akhir dari komitmen pemerintah terhadap pendidikan berkualitas. Karena tanpa guru yang tergerak, bagaimana mungkin kita menciptakan siswa yang bergerak maju?

 

Catatan Penulis: Artikel ini merupakan pandangan pribadi berdasarkan informasi yang ada dan dimaksudkan untuk mengajak diskusi yang lebih luas tentang arah pendidikan nasional.

Related Post