Banyumas, gradasigo – Kesenian Ebeg, yang merupakan salah satu warisan budaya tradisional, kini berupaya untuk tetap eksis di tengah tantangan modernisasi. Kesenian ini biasanya ditampilkan dalam berbagai acara seperti pernikahan dan khitanan, dan dikenal dengan kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut.
Properti kesenian ebeg, kuda yang terbuat dari nyaman bambu. Foto ; Instagram @seni_tari_ebeg
Asal usul Ebeg berasal dari masyarakat Banyumas yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan hiburan. Dalam pertunjukannya, Ebeg menggambarkan cerita rakyat dan legenda setempat, diiringi musik gamelan yang khas. Penari Ebeg mengenakan kostum mencolok dan topeng yang menggambarkan karakter tertentu dan kuda dari anyaman bambu.
Hardiknas, Bupati Banyumas Achmad Hussein dan Forkopimda Ngebeg Bareng 240 Pelajar di Alun-alun Purwokerto (02/06/23). Foto : Instragram @humas_pemkab_banyumas
Namun, kesenian ini menghadapi tantangan serius, terutama dari minat generasi muda yang semakin menurun. Menanggapi hal ini, pemerintah daerah dan berbagai komunitas seni mulai mengadakan pelatihan dan pertunjukan rutin untuk menarik minat masyarakat dan melestarikan Ebeg.
Dengan dukungan yang kuat, diharapkan Ebeg tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga berkembang dan dinikmati oleh generasi mendatang. Upaya ini diharapkan mampu mengangkat kembali kesenian Ebeg sebagai bagian penting dari identitas budaya Indonesia. Mari kita dukung dan lestarikan Ebeg agar tetap bisa dinikmati oleh anak cucu kita!