Jakarta, gradasigo — Kabar perubahan signifikan dalam dunia pendidikan Indonesia kembali bergulir. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mengumumkan rencana untuk mengurangi volume materi pembelajaran pada setiap mata pelajaran di tingkat sekolah.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menjelaskan bahwa kebijakan ini diambil sebagai langkah strategis untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning secara efektif.
"Dengan adanya penerapan deep learning, maka secara otomatis materi pelajaran yang selama ini dianggap terlalu padat akan dikurangi secara bertahap," ujar Menteri Abdul Mu'ti saat memberikan keterangan di Kantor Kemendikdasmen, Jakarta, pada Jumat (13/4/2025) lalu.
Menurutnya, pengurangan materi ini akan memberikan ruang yang lebih luas bagi siswa untuk belajar secara lebih mendalam dan memahami konteks materi pelajaran dengan lebih baik.
Abdul Mu'ti menjelaskan lebih lanjut bahwa metode pembelajaran deep learning akan menekankan pada proses belajar yang lebih konstruktivis. Pendekatan ini didasarkan pada teori konstruktivisme yang meyakini bahwa siswa membangun pemahaman dan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dan pengetahuan awal mereka.
Selain itu, deep learning juga akan mendorong proses pembelajaran yang mendalam (deep learning process) sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher-order thinking skills).
"Pembelajaran mendalam ini menekankan pada pembelajaran yang lebih konstruktivis—ini teori pelajaran konstruktivis—kemudian deep learning process, proses pembelajaran yang mendalam, berpikir tingkat tinggi," jelas Mendikdasmen Abdul Mu'ti.
Ia menambahkan bahwa deep learning juga mencakup proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) yang bersifat kontekstual dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pendalaman terhadap apa yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, siswa tidak hanya menghafal materi, tetapi juga memahami esensi dan relevansinya dalam kehidupan nyata.
Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu'ti memang telah mengisyaratkan rencana untuk mengenalkan konsep pendekatan belajar Deep Learning ke sekolah-sekolah di Indonesia.
Dalam sebuah Seminar Nasional dan Sosialisasi Program Deep Learning yang disiarkan secara daring pada Senin (17/2/2025), Mu'ti menyatakan bahwa pendekatan ini akan membantu siswa untuk belajar secara lebih mendalam dan lebih memahami esensi dari proses belajar itu sendiri.
"Ini masih ongoing process (proses yang sedang berjalan) dalam mempersiapkan penerapan Deep Learning," kata Mu'ti saat itu.
Abdul Mu'ti menekankan bahwa implementasi metode pembelajaran mendalam atau deep learning akan berhasil jika materi yang diajarkan kepada siswa tidak terlalu banyak dan memberatkan.
Menurutnya, materi yang diterima oleh peserta didik harus sesuai dengan ukuran kemampuan mereka, menekankan pentingnya nilai-nilai pembelajaran, dan dapat ditransformasikan ke dalam berbagai konteks kehidupan.
"Nilai harus melekat pada semua mata pembelajaran, dan nilai menjadi makna utama dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, selain aspek pengetahuan dan kemampuan, Deep Learning juga harus mengedepankan pentingnya nilai," kata Mu'ti dalam keterangan tertulis yang disampaikan pada Jumat (14/2/2025).
Ia meyakini bahwa penanaman nilai-nilai positif dalam proses belajar akan membentuk karakter siswa yang kuat dan berintegritas.
Tiga Prinsip Utama Deep Learning: Mindful, Meaningful, Joyful
Mendikdasmen Abdul Mu'ti juga menjelaskan bahwa setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam proses belajar. Oleh karena itu, dalam metode deep learning, terdapat tiga prinsip utama yang berbeda, yaitu mindful (penuh kesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan).
Prinsip pertama, yaitu "mindful", berarti bahwa proses pembelajaran yang berlangsung harus dilakukan dengan penuh kesadaran. Dalam konteks kelas, seorang guru harus mengedepankan rasa hormat kepada seluruh muridnya dan memberikan ruang kepada murid untuk menemukan cara yang paling efektif bagi mereka dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Dengan demikian, siswa akan merasa dihargai dan termotivasi untuk belajar.
Prinsip kedua adalah "meaningful", yang berarti proses menemukan makna dan menembus pada manfaat dari ilmu yang diajarkan serta mengembangkannya. Siswa diharapkan tidak hanya menerima informasi secara pasif, tetapi juga aktif mencari tahu relevansi materi pelajaran dengan kehidupan mereka dan bagaimana ilmu tersebut dapat mereka kembangkan lebih lanjut.
"Dan ketiga, yaitu 'joyful' yang memiliki arti penghargaan atas raihan penemuan makna serta segala kegunaannya serta manfaatnya untuk masyarakat," jelas Abdul Mu'ti. Prinsip ini menekankan pentingnya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memotivasi, sehingga siswa merasa antusias dan bersemangat dalam menuntut ilmu. Dengan adanya penghargaan atas pencapaian dan pemahaman akan manfaat ilmu, diharapkan siswa akan semakin termotivasi untuk terus belajar dan berkontribusi bagi masyarakat.
Dengan adanya kebijakan pengurangan materi pembelajaran dan implementasi deep learning ini, diharapkan proses belajar mengajar di sekolah akan menjadi lebih efektif dan efisien.
Siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran secara lebih mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, serta mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah ini juga merupakan upaya pemerintah untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia agar dapat bersaing di kancah global.