Budaya

Lestarikan Warisan Leluhur, Generasi Z Kayuagung Unjuk Kebolehan dalam Lomba ‘Cang Incang’

Lestarikan Warisan Leluhur, Generasi Z Kayuagung Unjuk Kebolehan dalam Lomba ‘Cang Incang’. Foto: dok. Diskominfo OKI

Lestarikan Warisan Leluhur, Generasi Z Kayuagung Unjuk Kebolehan dalam Lomba ‘Cang Incang’. Foto: dok. Diskominfo OKI

OGAN KOMERING ILIR, gradasigo - Di tengah gegap gempita perayaan Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah di Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, sebuah pemandangan menarik tersaji. Selain meriahnya arak-arakan pengantin adat ‘Midang Bebuke’, perhatian juga tertuju pada antusiasme generasi muda dalam mengikuti lomba sastra tutur ‘Cang Incang’ yang digelar pada Rabu (2/4/2025).

Lomba ‘Cang Incang’ kali ini menjadi sorotan karena diikuti oleh para remaja dan pemuda dari generasi Z. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pelestarian tradisi lisan yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Kayuagung.

Semangat anak-anak muda dalam melestarikan warisan budaya ini mendapat apresiasi tinggi dari Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, yang turut hadir menyaksikan acara tersebut.

Sebelumnya, kemeriahan Lebaran di Kayuagung juga ditandai dengan digelarnya tradisi ‘Midang Bebuke’. Selepas Salat Zuhur, puluhan pasang pengantin dengan pakaian adat kebanggaan masyarakat Kayuagung berjalan anggun menyusuri Sungai Komering, diiringi alunan musik jidur yang khas.

Arak-arakan pengantin ini menjadi tontonan menarik bagi ribuan masyarakat lokal dan para pemudik yang memadati Pantai Love Kelurahan Sida Kersa, tempat rombongan pengantin mengakhiri perjalanan.

Gubernur Herman Deru, Bupati OKI Muchendi, Anggota DPR RI Ishak Mekki, serta jajaran Forkopimda dan pejabat terkait turut menyambut kedatangan rombongan pengantin.

Tradisi Midang Bebuke, yang telah ada sejak abad ke-17 dan dilaksanakan setiap hari ketiga dan keempat Idul Fitri, bertujuan untuk memperkenalkan pakaian adat perkawinan dan pakaian tradisi keseharian masyarakat suku Kayuagung kepada generasi muda dan masyarakat luas.

Namun, pada perayaan Idul Fitri kali ini, lomba ‘Cang Incang’ menjadi daya tarik tersendiri. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata OKI, Ahmadin Ilyas, menjelaskan bahwa lomba ini sengaja diadakan untuk menginspirasi lebih banyak anak muda OKI agar mencintai dan memahami nilai budaya daerah di tengah gempuran kemajuan teknologi digital.

Gubernur Herman Deru dalam sambutannya mengungkapkan kebanggaannya melihat semangat generasi muda OKI dalam menjaga tradisi.

"Saya bangga masyarakat OKI kuat menjaga tradisinya. Generasi muda harus tahu dan bangga dengan budaya daerahnya di tengah kemajuan teknologi digital," ujarnya.

Tradisi Cang-Incang adalah kekayaan sastra lisan masyarakat Kayuagung yang diwariskan dari generasi ke generasi. Biasanya, tradisi ini ditampilkan pada upacara pernikahan.

Ciri khas Cang-Incang Kayuagung terletak pada penggunaan kata-kata klasik dan ungkapan-ungkapan yang sarat makna budaya setempat.

Tradisi ini umumnya dituturkan oleh mempelai perempuan kepada keluarganya saat akan menikah, atau juga oleh pemuka adat dalam upacara perkawinan masyarakat Kayuagung.

Melalui perlombaan Cang-Incang, diharapkan akan muncul generasi penerus yang tidak hanya mengetahui, tetapi juga mampu melestarikan dan mengembangkan tradisi lisan yang unik ini.

Bupati OKI, H. Muchendi, menegaskan bahwa baik Midang maupun Cang Incang merupakan warisan budaya tak benda nasional yang memiliki nilai penting dalam memperkuat identitas masyarakat OKI dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

"Saya sangat bangga melihat semangat dan antusiasme kita semua yang ada di sini. Ini membuktikan bahwa budaya kita masih hidup dan terus menguat. Jangan pernah lelah untuk terus menjaga keragaman dan kedamaian di Ogan Komering Ilir ini, karena tempat ini adalah percontohan yang kuat dalam menjaga warisan para leluhur untuk kedamaian di Sumatera Selatan," pungkas Bupati Muchendi, mengakhiri rangkaian acara yang meriah tersebut.

Related Post