News

Nanas Prabumulih 'Naik Kelas' ke Spanyol, Serat Kulit Nanas Go Global, Karantina Sumsel Dorong Hilirisasi Komoditas Lokal

Nanas Prabumulih 'Naik Kelas' ke Spanyol, Serat Kulit Nanas Go Global, Karantina Sumsel Dorong Hilirisasi Komoditas Lokal. Foto: dok. Karantina Sumsel

Nanas Prabumulih 'Naik Kelas' ke Spanyol, Serat Kulit Nanas Go Global, Karantina Sumsel Dorong Hilirisasi Komoditas Lokal. Foto: dok. Karantina Sumsel

Palembang, gradasigo – Kabar gembira datang dari Prabumulih, kota yang dikenal sebagai salah satu sentra penghasil nanas utama di Sumatera Selatan. Sebuah inovasi berkelanjutan dan bernilai ekonomi tinggi berhasil diwujudkan: hilirisasi nanas hingga ke level serat kulit nanas. Lebih membanggakan lagi, produk serat kulit nanas asal Prabumulih ini kini tengah menjajaki pasar global, dengan Spanyol menjadi negara tujuan ekspor perdana.

Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Karantina) Sumatera Selatan memainkan peran kunci dalam mewujudkan mimpi ini. Sebagai garda terdepan dalam menjamin kesehatan dan kualitas komoditas pertanian yang dilalulintaskan, Karantina Sumsel tidak hanya memfasilitasi pengiriman sampel serat kulit nanas ke Spanyol, tetapi juga memberikan pendampingan intensif kepada para pelaku usaha lokal agar mampu menembus pasar ekspor secara berkelanjutan.

Langkah ini bukan hanya sekadar meningkatkan nilai jual nanas, tetapi juga membuka peluang baru bagi diversifikasi produk pertanian, mengurangi limbah, dan meningkatkan kesejahteraan petani dan pengusaha lokal di Prabumulih. Kisah sukses hilirisasi nanas ini adalah bukti nyata bahwa inovasi, kerja keras, dan dukungan pemerintah dapat membawa komoditas lokal berdaya saing global.

Selama ini, kulit nanas seringkali dianggap sebagai limbah yang kurang bernilai ekonomi. Setelah daging buah nanas dipanen, kulitnya biasanya dibuang begitu saja atau paling banter dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan nilai jual yang sangat rendah. Namun, di tangan inovator Prabumulih, limbah kulit nanas ini bertransformasi menjadi produk yang bernilai tinggi: serat kulit nanas.

Proses pengolahan kulit nanas menjadi serat bukanlah hal yang sederhana, namun juga bukan sesuatu yang mustahil. Dengan teknologi dan metode yang tepat, kulit nanas dapat diurai menjadi serat-serat alami yang memiliki karakteristik unik dan keunggulan tersendiri. Serat kulit nanas dikenal memiliki kekuatan tarik yang cukup baik, tekstur yang lembut, daya serap yang tinggi, dan ramah lingkungan karena merupakan bahan alami yang mudah terurai.

Kepala Karantina Sumsel, Kostan Manalu, menjelaskan bahwa serat kulit nanas Prabumulih memiliki potensi besar untuk menembus pasar global, terutama untuk industri tekstil dan kerajinan. Serat ini dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi, seperti benang tekstil, kain, pakaian, tas, dompet, kerajinan tangan, hingga bahan baku komposit untuk industri otomotif dan konstruksi.

"Kami memastikan sampel serat kulit nanas ini sehat dan memiliki kualitas yang baik. Ini merupakan langkah penting untuk membuka peluang ekspor serat kulit nanas asal Prabumulih ke pasar global," ujar Kostan Manalu dengan antusiasme, dalam keterangan resmi yang diterima media, Rabu (5/3/2025).

Pengiriman sampel serat kulit nanas ke Spanyol adalah momentum bersejarah bagi Prabumulih dan Sumatera Selatan. Negeri Matador yang dikenal dengan industri mode dan tekstil yang maju menjadi pasar potensial bagi produk serat kulit nanas ini. Jika kualitas sampel serat kulit nanas Prabumulih memenuhi standar dan mendapatkan respon positif dari pasar Spanyol, maka peluang ekspor skala besar akan terbuka lebar di masa mendatang.

Balai Karantina Sumsel tidak hanya berperan sebagai fasilitator pengiriman sampel, tetapi juga sebagai mitra strategis bagi para pelaku usaha lokal Prabumulih dalam mewujudkan mimpi ekspor serat kulit nanas. Karantina Sumsel memberikan bimbingan intensif terkait prosedur ekspor, persyaratan karantina, standar kualitas produk, hingga informasi pasar global.

Komstan Manalu mengungkapkan bahwa selama ini pengiriman serat nanas dari Prabumulih masih melalui Jakarta. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pemahaman calon eksportir mengenai prosedur ekspor yang kompleks. Banyak pelaku usaha lokal yang belum familiar dengan dokumen-dokumen ekspor, persyaratan karantina, dan jalur pengiriman internasional.

"Selama ini, komoditas tersebut dilalulintaskan antar area terlebih dahulu, kemudian diekspor dari Jakarta," jelas Kostan. Kondisi ini tentu kurang efisien dan menambah biaya logistik bagi eksportir lokal.

Namun, dengan pendampingan intensif dari Karantina Sumsel, paradigma ini mulai berubah. Para eksportir Prabumulih kini semakin memahami prosedur ekspor dan mampu mengekspor langsung dari Sumatera Selatan. Karantina Sumsel memastikan bahwa setiap pengiriman serat kulit nanas telah melalui proses pemeriksaan yang ketat dan menyeluruh, mulai dari pengecekan dokumen legalitas, sertifikat kesehatan, hingga pemeriksaan fisik produk untuk menjamin kualitas dan keamanan komoditas ekspor.

"Melalui bimbingan intensif dari Karantina Sumsel, kini eksportir telah memahami prosedur ekspor dan mampu mengekspor langsung dari Sumatera Selatan," kata Kostan, menekankan peran aktif Karantina Sumsel dalam memajukan ekspor komoditas pertanian lokal.

Ekspor serat kulit nanas dari Prabumulih ke Spanyol bukan hanya sekadar transaksi bisnis internasional. Lebih dari itu, ekspor ini membawa manfaat ganda yang signifikan bagi perekonomian daerah dan kelestarian lingkungan.

Dari sisi ekonomi, ekspor serat kulit nanas akan menciptakan sumber pendapatan baru bagi petani nanas dan pengusaha pengolahan serat kulit nanas di Prabumulih. Dengan terbukanya pasar ekspor, harga jual serat kulit nanas akan meningkat, sehingga meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan para pelaku usaha lokal. Peningkatan aktivitas ekonomi ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru di Prabumulih dan sekitarnya, mengurangi angka pengangguran, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan.

"Kami berharap ekspor langsung dari Sumsel dapat berkelanjutan, membawa manfaat ekonomi bagi petani dan pengusaha lokal di Prabumulih, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Komstan, menggambarkan dampak positif jangka panjang dari ekspor serat kulit nanas.

Dari sisi lingkungan, hilirisasi kulit nanas menjadi serat merupakan solusi cerdas untuk mengatasi masalah limbah pertanian. Kulit nanas yang dulunya terbuang percuma dan berpotensi mencemari lingkungan, kini diubah menjadi produk bernilai ekonomi yang ramah lingkungan. Serat kulit nanas adalah bahan alami yang mudah terurai (biodegradable), sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti limbah plastik atau bahan sintetis lainnya. Penggunaan serat kulit nanas sebagai bahan baku industri tekstil dan kerajinan juga dapat mengurangi ketergantungan pada bahan baku sintetis yang berasal dari bahan bakar fosil yang tidak ramah lingkungan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Sumatera Selatan adalah sentra produksi nanas yang sangat signifikan di Indonesia. Pada tahun 2023, produksi nanas Sumsel mencapai 477,43 ribu ton, menempatkan Sumsel sebagai penghasil nanas terbesar kedua di Indonesia, setelah Provinsi Lampung yang menghasilkan 722,85 ribu ton.

Angka produksi nanas yang fantastis ini menunjukkan potensi besar Sumatera Selatan sebagai ** ????????? utama bahan baku serat kulit nanas** untuk pasar ekspor. Dengan luas lahan perkebunan nanas yang mencapai ribuan hektare dan produktivitas yang terus meningkat, Sumatera Selatan memiliki kapasitas untuk memenuhi permintaan pasar global terhadap serat kulit nanas.

Prabumulih, sebagai salah satu daerah penghasil nanas terbesar di Sumsel, memiliki peranan penting dalam mewujudkan ambisi ekspor serat kulit nanas ini. Kualitas nanas Prabumulih yang terkenal manis dan segar, serta jumlah produksi yang melimpah, menjadikan Prabumulih sebagai lokomotif penggerak hilirisasi nanas dan ekspor serat kulit nanas dari Sumatera Selatan.

Upaya hilirisasi nanas Prabumulih menjadi serat kulit nanas dan ekspor sampel ke Spanyol adalah langkah awal yang menjanjikan dalam mewujudkan potensi besar komoditas lokal di pasar global. Peran aktif Karantina Sumsel dalam memfasilitasi dan membimbing eksportir lokal sangat apresiasi. Inovasi ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi nanas, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan.

Namun, perjalanan ekspor serat kulit nanas ini masih panjang dan berliku. Keberhasilan ekspor skala besar membutuhkan kerja keras berkelanjutan, komitmen kuat dari semua pihak, inovasi tiada henti, dan strategi pemasaran yang efektif. Dukungan dari pemerintah daerah dan pusat, kerjasama antar pelaku usaha, serta partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan program hilirisasi nanas dan mewujudkan mimpi Prabumulih menjadi pusat produksi serat kulit nanas berkelas dunia. Semoga langkah awal yang baik ini menjadi momentum kebangkitan ekspor komoditas lokal Indonesia dan membawa kesejahteraan bagi petani dan bangsa.

Related Post