News

Tragedi di Sungai Musi, Dua ABK Tugboat Tewas Tersambar Tali Towing

Dua Anak Buah Kapal (ABK) tugboat TB Marina 2210 tewas seketika setelah terkena hantaman tali towing yang menarik tongkang di perairan Sungai Musi, Kota Palembang, Minggu (13/04/2025). Foto: dok. detikcom.

Dua Anak Buah Kapal (ABK) tugboat TB Marina 2210 tewas seketika setelah terkena hantaman tali towing yang menarik tongkang di perairan Sungai Musi, Kota Palembang, Minggu (13/04/2025). Foto: dok. detikcom.

Palembang, gradasigo — Kabar duka menyelimuti dunia pelayaran di Palembang, Sumatera Selatan. Dua Anak Buah Kapal (ABK) tugboat TB Marina 2210 dilaporkan tewas seketika setelah terkena hantaman tali towing yang menarik tongkang. Peristiwa nahas ini terjadi di perairan Sungai Musi, tepatnya di kawasan Gangus, Kota Palembang, pada Minggu (13/04/2025) pagi sekitar pukul 06.20 WIB.

Identitas kedua ABK yang menjadi korban dalam kecelakaan tragis ini telah diketahui. Mereka adalah Heru Bahri (28), yang menjabat sebagai Second Officer di kapal tersebut, dan Tendiko Arifin (34), yang bertugas sebagai Third Engine atau Masinis Tiga. Keduanya merupakan awak kapal yang memiliki tanggung jawab penting dalam operasional tugboat.

Berdasarkan informasi awal yang berhasil dihimpun, sebelum kejadian nahas tersebut, kedua ABK sedang berupaya mengangkat jangkar kapal untuk berpindah posisi labuh atau tempat berlabuh. Proses pemindahan labuh ini merupakan prosedur rutin dalam operasional kapal, namun kali ini berujung pada tragedi yang merenggut nyawa dua orang awak kapal.

Nahasnya, saat proses pengangkatan jangkar berlangsung, tugboat TB Marina 2210 bergerak secara tidak terduga. Pergerakan kapal ini menyebabkan salah satu tali towing yang menghubungkan tugboat dengan tongkang yang sedang ditarik, tersangkut pada bagian tanduk atau bollard kapal. Akibatnya, tali towing yang terbuat dari serat yang sangat kuat tersebut menjadi tegang secara tiba-tiba.

Karena adanya pergerakan kapal yang tidak terkendali dan tali yang tersangkut, tegangan pada tali towing semakin meningkat hingga akhirnya tali tersebut mengencang dengan sangat kuat dan menyebat atau menghantam kedua korban yang pada saat itu sedang berada di bagian buritan kapal.

Hantaman tali yang sangat kuat tersebut menyebabkan kedua ABK mengalami luka parah dan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Gandus, AKP Firmansyah SH, saat dikonfirmasi mengenai kejadian ini membenarkan adanya kecelakaan tersebut.

"Benar, telah terjadi kecelakaan kerja di Sungai Musi yang mengakibatkan dua orang ABK tugboat meninggal dunia. Kasus ini saat ini sedang ditangani oleh Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polrestabes Palembang untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut," kata AKP Firmansyah.

Satuan Polisi Perairan dan Udara (Satpolairud) Polrestabes Palembang telah bergerak cepat untuk melakukan investigasi mendalam terkait dengan kecelakaan kerja yang merenggut dua nyawa ABK tugboat ini.

Tim investigasi akan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di lokasi kejadian, mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi yang berada di sekitar lokasi, serta memeriksa kondisi tugboat dan peralatan yang digunakan saat kejadian.

Tujuan dari investigasi ini adalah untuk mengetahui secara pasti penyebab utama terjadinya kecelakaan, apakah ada unsur kelalaian dalam prosedur operasional, atau faktor-faktor lain yang mungkin menjadi pemicu tragedi ini.

Hasil dari investigasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kronologi kejadian serta langkah-langkah pencegahan yang perlu diambil agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.

Kabar mengenai tewasnya dua ABK tugboat ini tentu saja menimbulkan duka mendalam di kalangan pelaut dan komunitas maritim di Palembang dan sekitarnya. Profesi sebagai ABK tugboat memang memiliki risiko yang cukup tinggi, terutama saat melakukan manuver-manuver yang melibatkan tali towing dan peralatan berat lainnya.

Kecelakaan seperti ini menjadi pengingat akan pentingnya penerapan standar keselamatan kerja yang ketat dan kewaspadaan yang tinggi bagi seluruh awak kapal.

Pihak perusahaan pemilik tugboat TB Marina 2210 juga diharapkan dapat memberikan dukungan dan santunan kepada keluarga korban yang ditinggalkan.

Kejadian ini juga menjadi pelajaran berharga bagi seluruh perusahaan pelayaran untuk lebih memperhatikan aspek keselamatan kerja para awak kapal dan memastikan bahwa seluruh prosedur operasional dijalankan sesuai dengan standar yang berlaku.

Kecelakaan yang menimpa dua ABK tugboat di Sungai Musi ini kembali menyoroti pentingnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor maritim. Risiko kerja di atas kapal, terutama yang melibatkan peralatan berat dan kondisi lingkungan yang tidak selalu stabil, sangatlah tinggi.

Oleh karena itu, pelatihan keselamatan yang rutin, penggunaan alat pelindung diri (APD) yang lengkap, serta kepatuhan terhadap prosedur operasional standar (SOP) menjadi hal yang mutlak untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

Selain itu, pengawasan yang ketat dari pihak berwenang terhadap implementasi standar keselamatan di sektor maritim juga sangat diperlukan. Pemerintah dan otoritas pelabuhan perlu secara rutin melakukan inspeksi dan audit terhadap kapal-kapal yang beroperasi untuk memastikan bahwa mereka memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan.

Tragedi ini menjadi pengingat bagi semua pihak terkait untuk terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja di sektor maritim demi mencegah jatuhnya korban jiwa di kemudian hari. Semoga almarhum Heru Bahri dan Tendiko Arifin mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan.

Related Post