Gaya Hidup

Viral Tarian THR di Media Sosial: Mirip Tarian Hora Yahudi? Ini Fakta dan Respons Netizen!

Meski tarian ini viral dan menghibur, penting untuk tetap menghargai akar budaya dari mana inspirasi berasal. Foto : instagram/tiktok

Meski tarian ini viral dan menghibur, penting untuk tetap menghargai akar budaya dari mana inspirasi berasal. Foto : instagram/tiktok

Jakarta, gradasigo - Tarian pemanggil THR yang tengah viral di TikTok ternyata memicu perdebatan, lantaran gerakannya disebut mirip dengan tarian tradisional Yahudi, Hora. Apakah ini sekadar tren atau ada unsur budaya yang "terserempet"?

Dunia maya kembali dihebohkan oleh sebuah tren unik dan menggelitik: Tarian THR, alias "Tarian Pemanggil THR", yang belakangan ini viral di TikTok dan Instagram Reels.

Dengan gerakan berputar sambil menggandeng tangan dan musik yang menggelitik, tarian ini disebut-sebut mirip dengan Hora, tarian tradisional dari komunitas Yahudi.

Fenomena ini memicu beragam reaksi: mulai dari tawa geli, rasa nostalgia, hingga diskusi serius tentang plagiarisme budaya dan sensitivitas simbolik.

Apa Itu Tarian THR?
Tarian ini mulai muncul menjelang bulan Ramadan 2025. Biasanya diiringi musik remix dengan lirik jenaka bertema "ayo kasih THR", para warganet menari sambil melingkar, saling bergandengan tangan, dan melompat kecil secara ritmis.

Kontennya pun viral karena digunakan sebagai bentuk “kode keras” secara halus ke atasan, pasangan, atau orang tua untuk segera mencairkan THR.

Sekilas Tentang Tarian Hora
Hora merupakan tarian rakyat yang berasal dari Eropa Timur dan banyak diadopsi oleh komunitas Yahudi, terutama dalam perayaan seperti pernikahan dan hari besar.

Ciri khas Hora adalah formasi melingkar, gerakan lompat-lompat ringan sambil bergandengan tangan, diiringi musik ritmis khas Yahudi.

Kemiripan inilah yang membuat banyak netizen bertanya:

“Ini kok kayak Hora ya? Jangan-jangan THR itu kepanjangan dari Tarian Hora Remake?”

Respons Netizen dan Pakar Budaya
Komentar netizen pun beragam, mulai dari yang lucu hingga yang kritis:

  • “Gue pikir ini budaya Betawi, ternyata udah internasional ????”
  • “Lucu sih, tapi jangan sampai ngambil budaya tanpa paham maknanya ya.”
  • “Yang penting THR-nya cair, asal jangan bawa-bawa Zionisme ya wkwk.”
  • Sementara itu, menurut Dr. Rini Oktaviani, antropolog budaya dari Universitas Indonesia:
  • “Kesamaan gerak dalam tarian rakyat sering kali terjadi karena elemen dasar tarian rakyat banyak yang serupa. Yang penting adalah konteks, pesan, dan cara penyajiannya. Kalau ini memang murni untuk hiburan dan tidak ada simbol ideologis, maka tidak perlu terlalu dibesar-besarkan.”

Viralitas di TikTok dan Potensi Monetisasi
Sejumlah konten kreator bahkan telah memanfaatkan tren Tarian THR ini untuk promosi produk dan brand. Banyak UMKM, jasa kado lebaran, hingga e-wallet berlomba-lomba memasukkan tarian ini ke dalam kampanye Ramadan mereka.

Menurut data dari platform TikTok, per tanggal 4 April 2025, tagar #TarianTHR telah digunakan dalam lebih dari 28 ribu video dengan jutaan penayangan.

Etika Budaya di Era Digital
Meski tarian ini viral dan menghibur, penting untuk tetap menghargai akar budaya dari mana inspirasi berasal. Cultural appreciation (penghargaan budaya) dan cultural appropriation (pencaplokan budaya) adalah dua hal yang berbeda.

“Kalau mau terinspirasi, silakan. Tapi pahami dulu asal-usulnya, dan jangan sembarangan memberi narasi yang bisa menyinggung pihak lain,” kata Hana Levi Julian, jurnalis budaya asal Israel dalam artikelnya di Jewish Culture Today.

Tarian THR mungkin sekadar tren lucu menjelang lebaran, tapi fenomena ini membuka ruang diskusi menarik soal lintas budaya, konten viral, dan batas etika dalam berkarya di era digital. Yang penting, mari bijak menari dan jangan lupa: semoga THR-mu cepat cair ya, bestie! 

Kalau kamu udah nyobain Tarian THR, tag temenmu yang belum dapet THR biar makin cepet cair! Jangan lupa, joget boleh, tapi paham juga penting! 

Related Post