Kuliner

Manis Legit Lempok Durian OKU, Resep Warisan 50 Tahun yang Tembus Hingga Mancanegara

Manis Legit Lempok Durian OKU, Resep Warisan 50 Tahun yang Tembus Hingga Mancanegara. Foto: dok. Irawan/detikcom.

Manis Legit Lempok Durian OKU, Resep Warisan 50 Tahun yang Tembus Hingga Mancanegara. Foto: dok. Irawan/detikcom.

OGAN KOMERING ULU, gradasigo – Aroma harum durian menyeruak, menguar di antara kepulan asap dari tungku kayu bakar. Di sebuah rumah produksi sederhana di Jalan Dr. Sutomo, Sukajadi, Batu Raja Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, puluhan kilogram adonan berwarna coklat keemasan diaduk tanpa henti dalam kuali besar. Inilah dapur lempok durian, kuliner khas OKU yang kelezatannya telah melegenda, bahkan menembus batas negara. Di tengah musim durian yang tengah melimpah, para perajin lempok di OKU seolah kebanjiran berkah, ?????? (sibuk) mengolah si raja buah menjadi penganan yang manis legit dan digemari banyak orang.

Adalah Aceng (48), salah satu perajin lempok durian yang setia melestarikan resep warisan keluarga. Dengan tangan yang cekatan, ia mengaduk adonan lempok dalam kuali, memastikan konsistensinya pas dan tidak gosong. "Usaha produksi pembuatan lempok durian di rumah kami ini sudah lebih 50 tahun sejak orang tua kami masih hidup. Kami konsisten membuat lempok ini," ungkapnya Jumat (27/12/2024), dengan raut wajah yang memancarkan kebanggaan.

Resep Turun-Temurun, Kunci Kelezatan Lempok Durian yang Mendunia

Usaha yang dirintis oleh orang tua Aceng ini telah bertahan selama lebih dari setengah abad, menjadi bukti nyata bahwa kualitas dan cita rasa yang autentik selalu mendapatkan tempat di hati para penikmatnya. Lempok durian buatan Aceng dan keluarganya memang bukan sembarang lempok. Teksturnya yang lembut, rasa manisnya yang pas, dan aroma duriannya yang kuat menjadi ciri khas yang membedakannya dari lempok durian di daerah lain.

Rahasia kelezatan lempok durian OKU, menurut Aceng, terletak pada bahan baku yang berkualitas dan proses pembuatan yang masih tradisional. "Bahan buah durian yang kita ambil asli dari kebun, langsung diambil di kebun Ulu Ogan, terkadang membeli buah duren bisa 1 truk untuk bahan pembuatan lempok karena bahan baku utama pembuatan lempok ini ialah durian asli dan dicampur dengan gula pasir saja," jelasnya. Ulu Ogan, yang memang dikenal sebagai sentra penghasil durian di Sumatera Selatan, menjadi pemasok utama bahan baku lempok durian di rumah produksi Aceng.

Tak hanya pasar lokal, lempok durian buatan Aceng juga telah merambah pasar internasional. "Beberapa kali, Pak, lempok durian kami dipesan untuk orang China, untuk dibawa langsung ke China. Namun, kalau sehari-hari kita mengirimkan lempok ke Palembang untuk dijual," ungkapnya dengan bangga. Kelezatan lempok durian OKU yang mampu menembus pasar ekspor ini menjadi bukti bahwa kuliner tradisional Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di kancah global.

Musim Durian, Berkah Bagi Perajin Lempok

Bagi Aceng dan para perajin lempok durian lainnya di OKU, musim durian adalah saat yang paling dinanti-nantikan. Saat musim panen tiba, pasokan bahan baku melimpah, dan produksi lempok pun digenjot untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. "Kata Aceng, saat musim durian seperti ini, pembuatan lempok durian bisa mencapai 120 kilogram per harinya," sebuah angka yang fantastis dan menunjukkan betapa besarnya skala produksi lempok durian di OKU saat musim durian tiba.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku yang melonjak, Aceng dan perajin lainnya tak jarang harus mendatangkan durian dari Ulu Ogan dalam jumlah besar. "Terkadang membeli buah duren bisa 1 truk untuk bahan pembuatan lempok," imbuhnya. Pemandangan truk-truk yang mengangkut durian pun menjadi hal yang lumrah terlihat di OKU saat musim panen tiba.

Proses Panjang di Balik Sepotong Lempok yang Legit

Di balik kelezatan sepotong lempok durian, tersimpan proses panjang dan melelahkan yang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran ekstra. Aceng menuturkan bahwa pembuatan lempok durian terbilang sulit dan membutuhkan waktu yang lama. "Agak sulit pembuatnya, 6-7 jam itu diaduk tidak boleh berhenti, ya kalau sudah tidak lengket itu sudah masak, namun jika berhenti mengaduk maka lempok akan gosong (mutung) dan gagal diproduksi, apinya juga harus disesuaikan," jelasnya.

Proses pengadukan yang memakan waktu 6-7 jam ini menjadi kunci untuk mendapatkan tekstur lempok yang lembut dan tidak lengket. Selama proses ini, adonan lempok harus terus diaduk tanpa henti di atas tungku kayu bakar dengan api yang dijaga agar tetap stabil. Jika lengah sedikit saja, adonan bisa gosong dan gagal produksi. Proses ini membutuhkan stamina yang prima dan keahlian khusus agar lempok matang sempurna.

Setelah matang, lempok durian tidak langsung dikemas. Adonan yang masih panas tersebut harus didinginkan terlebih dahulu selama beberapa jam. Barulah kemudian lempok dipotong-potong dan dikemas. "Setelah jadi, lempok durian harus didiamkan dulu selama beberapa jam. Lalu dikemas dengan dengan pelepah pinang atau plastik," terang Aceng.

Kemasan Tradisional dan Modern: Menyesuaikan Selera Pasar

Untuk pengemasan, Aceng menyediakan beberapa pilihan, mulai dari kemasan tradisional dengan pelepah pinang hingga kemasan modern dengan plastik. "Untuk kemasan banyak pilihan, tetapi kita di sini mengemasnya dengan plastik yang sudah kita siapkan beberapa pilihan ukuran plastik ada yang seperempat ada yang setengah, untuk harganya di perajin satu kilo lempok durian Rp 110 ribu," ungkap Aceng. Fleksibilitas dalam pengemasan ini menunjukkan kemampuan adaptasi para perajin lempok durian dalam memenuhi selera pasar yang terus berkembang.

Lempok Durian OKU: Primadona Wisatawan dan Oleh-Oleh Khas

Penjabat Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) M Iqbal Alisyahbana mengakui bahwa lempok durian merupakan salah satu kuliner khas OKU yang telah dikenal luas. "Lempuk durian khas OKU ini memang sudah terkenal, para wisatawan yang berkunjung ke OKU wajib mencicipi lempok durian khas OKU," katanya. Pemerintah Kabupaten OKU pun terus berupaya untuk memajukan dan mempromosikan lempok durian sebagai salah satu ikon kuliner daerah. "Pelatihan dan promosi untuk mengenalkan lempok durian khas OKU juga terus dilakukan Pemkab OKU," tambah Iqbal, menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung UMKM lokal.

Iqbal juga turut mencicipi langsung kelezatan lempok durian buatan Aceng. "Kalau menurut saya lempok durian OKU manisnya pas, tekstur serat durian di tiap gigitan bikin ketagihan kita untuk makan lagi," ujarnya, memberikan testimoni yang semakin mengukuhkan reputasi lempok durian OKU sebagai kuliner yang wajib dicoba.

Dampak Ekonomi: Menggerakkan Roda Perekonomian Lokal

Keberadaan industri lempok durian di OKU tidak hanya melestarikan kuliner tradisional, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian lokal. Mulai dari petani durian di Ulu Ogan yang mendapatkan pasar untuk hasil panen mereka, para perajin lempok yang mendapatkan penghasilan dari usaha mereka, hingga para pedagang yang menjual lempok durian di ??????? (berbagai) toko oleh-oleh, semuanya merasakan dampak positif dari industri ini.

Terlebih lagi, dengan semakin dikenalnya lempok durian OKU, baik di tingkat nasional maupun internasional, potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pun semakin terbuka lebar. Peluang ekspor yang terbuka, seperti yang dialami oleh Aceng, menjadi bukti bahwa kuliner tradisional Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar global.

Tantangan dan Harapan: Menjaga Kualitas dan Keberlanjutan

Meskipun industri lempok durian di OKU memiliki prospek yang cerah, bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan terbesar adalah menjaga kualitas dan konsistensi produksi. Kualitas bahan baku, khususnya durian, sangat berpengaruh terhadap rasa dan tekstur lempok. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama yang baik antara perajin dan petani durian untuk memastikan pasokan durian yang berkualitas tetap terjaga.

Selain itu, regenerasi perajin juga menjadi tantangan tersendiri. Dibutuhkan upaya untuk menarik minat generasi muda agar mau meneruskan usaha pembuatan lempok durian ini. Pelatihan dan pendampingan bagi generasi muda perlu dilakukan agar mereka tertarik untuk menekuni usaha ini dan melestarikan resep warisan leluhur.

Inovasi dan Diversifikasi Produk: Menjawab Kebutuhan Pasar

Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat, para perajin lempok durian di OKU juga perlu terus berinovasi dan melakukan diversifikasi produk. Misalnya, dengan menciptakan varian rasa lempok yang baru, mengembangkan kemasan yang lebih menarik, atau mengolah lempok menjadi produk turunan lainnya, seperti kue atau selai.

Pemanfaatan teknologi digital juga dapat menjadi kunci untuk memperluas jangkauan pasar. Dengan memasarkan produk secara online, para perajin dapat menjangkau konsumen yang lebih luas, tidak hanya di Sumatera Selatan, tetapi juga di seluruh Indonesia, bahkan hingga mancanegara.

Pemerintah Daerah: Pendampingan dan Dukungan untuk Kemajuan UMKM

Pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten OKU, memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kemajuan UMKM, termasuk industri lempok durian. Pendampingan, pelatihan, bantuan permodalan, dan fasilitasi akses pasar merupakan beberapa bentuk dukungan yang dapat diberikan oleh pemerintah daerah.

Selain itu, pemerintah daerah juga dapat berperan dalam mempromosikan lempok durian OKU sebagai salah satu destinasi wisata kuliner. Dengan mempromosikan lempok durian secara gencar, diharapkan akan semakin banyak wisatawan yang datang ke OKU, yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi perekonomian daerah.

Lempok durian bukan sekadar penganan manis legit khas Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan. Di balik kelezatannya, tersimpan cerita tentang ketekunan perajin, resep warisan turun-temurun, dan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.

Aceng (48), dengan usaha lempok durian yang telah dirintis keluarganya selama lebih dari 50 tahun, menjadi salah satu contoh nyata bagaimana kuliner tradisional mampu bertahan di tengah gempuran modernisasi, bahkan menembus pasar ekspor hingga ke China. Musim durian menjadi berkah tersendiri, di mana produksi lempok durian bisa mencapai 120 kilogram per hari, dengan bahan baku durian pilihan dari Ulu Ogan. Proses pembuatan yang memakan waktu 6-7 jam dengan pengadukan konstan di atas tungku kayu bakar, menjadi bukti dedikasi dan keahlian para perajin dalam menjaga kualitas.

Dukungan Penjabat Bupati OKU M Iqbal Alisyahbana yang mempromosikan lempok durian sebagai oleh-oleh wajib wisatawan, turut andil dalam melestarikan dan mempopulerkan kuliner ini. Ke depan, inovasi, diversifikasi produk, dan pemanfaatan teknologi digital menjadi kunci bagi para perajin lempok durian OKU untuk terus berkembang dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

Dengan sinergi antara perajin, pemerintah daerah, dan masyarakat, lempok durian OKU diharapkan dapat terus lestari dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.

Related Post