Palembang, gradasigo – Usai menikmati hidangan Lebaran yang didominasi opor ayam dan rendang, selera kuliner warga Palembang dan para pemudik yang kembali ke kampung halaman mulai beralih. Kerinduan akan cita rasa khas Palembang mendorong mereka untuk berburu kuliner-kuliner ikonis yang menjadi kebanggaan kota ini.
Tiga nama yang paling santer terdengar dan banyak dicari adalah Martabak HAR, Mie Celor, dan Pindang. Hampir di setiap sudut kota, rumah makan dan kedai yang menyajikan menu-menu ini tampak dipadati pengunjung, mulai dari warga lokal, pemudik, hingga wisatawan yang penasaran dengan kelezatan kuliner Palembang.
Salah satu ikon kuliner yang tak pernah lekang oleh waktu adalah Martabak HAR. Pantauan gradasigo di salah satu gerai Martabak HAR yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, terlihat antusiasme puluhan orang yang rela mengantre untuk menikmati hidangan legendaris ini.
Restoran yang telah berdiri sejak tahun 1947 ini seolah tak pernah kehilangan penggemarnya. Terlebih saat malam menjelang, pesanan martabak telur dengan kuah kari khasnya semakin membanjiri meja-meja restoran dan juga permintaan untuk dibungkus.
Ella, seorang pemudik asal Yogyakarta, mengaku bahwa menyantap Martabak HAR adalah agenda wajib setiap kali ia pulang kampung ke Palembang.
"Kalau ke Palembang, rasanya ada yang kurang kalau belum makan Martabak HAR. Kuliner ini selalu saya rindukan. Memang saat Lebaran pasti ramai dan harus antre, tapi demi rasa yang khas ini, saya rela sabar menunggu," ungkap Ella, yang datang bersama suami dan anaknya.
Ia terlihat menikmati momen kebersamaan sambil menanti pesanannya tiba, meskipun antrean cukup panjang.
Di balik kesibukan restoran, Rasyid, seorang karyawan Martabak HAR, menuturkan bahwa mereka telah membuka gerai sejak hari kedua Lebaran.
"Kami sudah buka dari pukul 09.00 WIB di hari kedua Lebaran. Setiap tahun, memang selalu ramai pengunjung, terutama mereka yang mudik ke Palembang dan ingin menikmati Martabak HAR," jelas Rasyid.
Ia menambahkan bahwa puncak keramaian biasanya terjadi pada sore hingga malam hari. Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama libur Lebaran ini, pihak restoran bahkan telah menyiapkan ratusan peti telur sebagai bahan baku utama.
"Kalau Lebaran, ramainya luar biasa. Ada yang makan di tempat, banyak juga yang memesan untuk dibawa pulang. Suasananya memang berbeda dengan hari-hari biasa," imbuh Rasyid.
Selain Martabak HAR, kuliner Palembang lain yang juga menjadi incaran adalah Mie Celor. Hidangan berkuah kental yang terbuat dari santan kelapa ini memiliki cita rasa yang unik dan kaya.
Perpaduan antara santan gurih, ebi kering yang memberikan aroma khas, dan udang segar semakin menambah kelezatan hidangan ini. Mie celor biasanya disajikan dengan mie kuning, tauge, irisan telur rebus, dan ditaburi dengan bawang goreng serta irisan daun bawang.
Pipit, seorang warga Palembang yang kini tinggal di Yogyakarta, mengaku bahwa Mie Celor adalah menu wajib yang selalu ia cari saat pulang kampung.
"Cita rasa kuahnya itu benar-benar enak dan bikin kangen. Jadi, setiap kali pulang ke Palembang, Mie Celor pasti masuk dalam daftar kuliner yang harus dicicipi," kata Pipit.
Ia menambahkan bahwa rasa gurih dan lezat dari Mie Celor selalu berhasil memuaskan kerinduannya akan kampung halaman.
Pantauan di salah satu kedai Mie Celor yang terletak di kawasan Pasar 26 Ilir, terlihat keramaian pengunjung yang datang silih berganti selama libur Lebaran.
Kedai yang buka sejak pagi hingga sore ini seolah tidak pernah sepi pembeli. Aroma khas kuah Mie Celor yang menggoda seolah menarik setiap orang yang melintas untuk mampir dan mencicipinya.
Tak kalah populer, Pindang juga menjadi buruan utama para pecinta kuliner di Palembang pasca Lebaran. Pindang sendiri memiliki beragam varian, mulai dari pindang ikan, pindang tulang, hingga pindang udang.
Ciri khas utama dari hidangan ini adalah perpaduan rasa gurih, pedas, manis, dan asam yang begitu menggugah selera. Bumbu rempah yang kaya dan proses memasak yang unik membuat Pindang memiliki cita rasa yang mendalam dan berbeda dari hidangan lainnya.
Yolanda, seorang warga Palembang yang kini menetap di Jakarta, mengungkapkan bahwa setiap kali mudik Lebaran ke Palembang, ia tidak pernah melewatkan kesempatan untuk mengunjungi salah satu rumah makan pindang legendaris di Jalan Angkatan 45, yaitu Rumah Makan Pindang Musi Rawas.
"Kalau mudik dan sebelum kembali ke Jakarta, wajib hukumnya untuk mencicipi kuliner yang satu ini. Rasanya memang enak dan selalu bikin kangen, selain pempek tentunya," pungkas Yolanda.
Ia menambahkan bahwa rasa segar dan kaya rempah dari Pindang Musi Rawas selalu menjadi pengobat rindu akan kampung halaman.
Fenomena berburu kuliner khas Palembang pasca Lebaran ini bukan hanya sekadar untuk mengisi perut yang lapar setelah menikmati hidangan Lebaran yang mungkin terasa "berat" atau "itu-itu lagi".
Lebih dari itu, kegiatan ini juga memiliki makna yang lebih dalam. Bagi warga lokal, menyantap Martabak HAR, Mie Celor, atau Pindang adalah cara untuk kembali terhubung dengan identitas dan tradisi kuliner kota mereka. Aroma dan rasa dari hidangan-hidangan ini membangkitkan kenangan masa kecil dan kebersamaan dengan keluarga.
Bagi para pemudik, berburu kuliner khas adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman pulang kampung. Setelah menempuh perjalanan jauh dan bertemu dengan keluarga, menyantap hidangan-hidangan yang dirindukan adalah cara untuk merayakan kepulangan dan menikmati waktu berkualitas bersama orang-orang terkasih.
Antrean panjang dan ramainya rumah makan justru menambah keseruan dan menjadi bagian dari cerita perjalanan mudik mereka.
Sementara itu, bagi para wisatawan, kesempatan untuk mencicipi kuliner khas Palembang adalah daya tarik tersendiri. Mereka ingin merasakan keunikan dan kelezatan yang tidak bisa ditemukan di tempat lain.
Popularitas Martabak HAR, Mie Celor, dan Pindang menjadi bukti bahwa Palembang memiliki kekayaan kuliner yang patut untuk dieksplorasi.
Ramainya pengunjung di rumah-rumah makan dan kedai yang menjual kuliner khas Palembang pasca Lebaran tentu membawa dampak positif bagi para pelaku usaha lokal.
Peningkatan permintaan ini memberikan angin segar setelah periode Lebaran yang mungkin juga mereka manfaatkan untuk berlibur atau berkumpul dengan keluarga. Omzet penjualan yang meningkat membantu mereka untuk memulihkan modal dan kembali bersemangat dalam menjalankan usaha.
Para pemilik restoran dan kedai juga menyadari pentingnya menjaga kualitas dan cita rasa dari hidangan-hidangan andalan mereka. Konsistensi rasa dan pelayanan yang baik menjadi kunci untuk mempertahankan pelanggan setia dan menarik pelanggan baru, terutama para wisatawan yang mungkin baru pertama kali mencoba kuliner Palembang.
Popularitas Martabak HAR, Mie Celor, dan Pindang pasca Lebaran juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan kuliner Palembang. Hidangan-hidangan ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga merupakan bagian dari sejarah dan identitas budaya kota.
Dukungan dari pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat dibutuhkan agar kuliner khas Palembang terus dikenal dan dinikmati oleh generasi mendatang.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menjaga warisan kuliner ini, mulai dari promosi yang lebih gencar melalui berbagai platform, penyelenggaraan festival kuliner, hingga dukungan kepada para pelaku usaha lokal untuk terus berinovasi tanpa menghilangkan keautentikan rasa.
Dengan demikian, Palembang tidak hanya dikenal dengan Jembatan Ampera dan pempeknya, tetapi juga dengan kekayaan kuliner lainnya yang tak kalah menggugah selera.
Pasca perayaan Idul Fitri 2025, Kota Palembang kembali diramaikan dengan aktivitas perburuan kuliner khas. Martabak HAR dengan kuah karinya yang unik, Mie Celor dengan kuah santannya yang gurih, dan Pindang dengan perpaduan rasanya yang kaya, menjadi magnet bagi warga lokal, pemudik, dan wisatawan.
Fenomena ini tidak hanya menunjukkan kerinduan akan cita rasa kampung halaman, tetapi juga menggerakkan roda perekonomian para pelaku usaha kuliner lokal dan menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan kuliner Palembang agar terus lestari.