PALEMBANG, gradasigo - Sumatera Selatan bertekad untuk mewujudkan swasembada pangan, sejalan dengan program prioritas utama pemerintah pusat. Langkah ini ditegaskan dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Bidang Pangan yang digelar di Griya Agung, Palembang, Senin (13/1/2025), dan dihadiri langsung oleh Penjabat (Pj) Gubernur Sumsel, Elen Setiadi. Rakor ini menjadi forum penting untuk menyelaraskan langkah dan memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menggenjot produksi pangan di Bumi Sriwijaya.
Dalam paparannya, Pj Gubernur Elen Setiadi membeberkan kondisi swasembada pangan di Sumatera Selatan yang menunjukkan capaian positif. "Produksi beras Sumatera Selatan tahun 2024 sebanyak 1.635.610 ton dan konsumsi sebanyak 846.060 ton sehingga surplus sejumlah 789.550 ton," ungkap Elen. Angka ini, menurutnya, merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir. "Hal ini merupakan tertinggi sepanjang empat tahun terakhir," tegasnya. Tak hanya beras, Sumsel juga swasembada untuk komoditi pangan lain seperti ikan (budidaya dan tangkap) dan telur ayam ras.
Elen merinci, produksi ikan di Sumsel pada tahun 2023 mencapai 488.805 ton, jauh melebihi angka konsumsi sebesar 373.116,7 ton, sehingga menghasilkan surplus 115.688,3 ton. Begitu pula dengan produksi telur ayam ras yang pada tahun 2024 mencapai 145.359.158 kilogram, sementara konsumsi masyarakat hanya 68.715.900 kilogram, menghasilkan surplus 76.643.258 kilogram. "Kelebihan beras, daging dan telur ayam ras di kirim keluar Provinsi Sumatera Selatan antara lain ke Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Bangka Belitung. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan komoditi pangan yang masih kurang di datangkan dari Provinsi lain," jelas Elen, memaparkan alur distribusi komoditas pangan dari dan ke Sumatera Selatan.
Kerja Sama Antar Daerah (KAD): Memenuhi Kebutuhan Pangan yang Belum Swasembada
Untuk komoditas pangan yang belum swasembada, Pemprov Sumsel menjalin Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan beberapa provinsi lain. Langkah ini merupakan strategi antisipatif untuk menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat Sumatera Selatan. "Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga melakukan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan beberapa provinsi untuk memenuhi kebutuhan komoditi pangan yang masih kurang," tambah Elen.
KAD menjadi instrumen penting dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di daerah. Dengan menjalin kerja sama dengan daerah lain yang surplus komoditas tertentu, Sumsel dapat memenuhi kebutuhan pangannya dengan lebih efisien dan efektif.
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi: Indikator Positif Kinerja Sumsel
Lebih lanjut, Elen Setiadi memaparkan capaian positif di bidang ekonomi. "Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan tahun 2024 mengalami pertumbuhan sebesar 4,9% yang merupakan terbesar ke 2 di Pulau Sumatera dan laju inflasi sebesar 1,87% (yoy) pada bulan Juli 2024," ungkapnya. Pertumbuhan ekonomi yang positif dan inflasi yang terkendali menjadi indikator keberhasilan dalam menjaga stabilitas ekonomi di Sumatera Selatan.
Namun, Elen juga menyoroti angka kemiskinan yang masih berada di angka 2% di atas rata-rata nasional, yaitu 10,97%. "Pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi kelangsungan hidup manusia, sehingga pemerintah mempunyai kewajiban memenuhi pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan," tegas Elen, menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai salah satu pilar utama dalam pengentasan kemiskinan.
Fokus pada PSN, Inflasi, Kemiskinan, Stunting, dan IPM: Membangun Sumsel yang Sejahtera
Untuk menjaga dan meningkatkan produksi pangan di Sumatera Selatan, Elen Setiadi memaparkan berbagai upaya yang telah dan akan terus dilaksanakan. "Untuk menjaga dan meningkatkan produksi pangan di Provinsi Sumatera Selatan berbagai upaya telah dilaksanakan yaitu dengan mendukung percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN) di Sumsel," ujarnya. Selain itu, penyelesaian isu inflasi, pengentasan kemiskinan, prevalensi stunting dan kekurangan gizi, serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menjadi fokus utama.
Keempat isu tersebut saling berkaitan erat dan membutuhkan penanganan yang komprehensif. Inflasi yang terkendali akan menjaga daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan berdampak positif pada upaya pengentasan kemiskinan. Penurunan angka stunting dan kekurangan gizi akan meningkatkan kualitas SDM, yang tercermin dalam peningkatan IPM. Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat antar berbagai sektor untuk mengatasi isu-isu tersebut.
Sekber: Sinergi Lintas Sektor untuk Percepatan Pembangunan
Elen Setiadi juga menyinggung tentang pentingnya koordinasi dan sinergi dalam upaya meningkatkan produksi pangan. "Koordinasi dan sinergi bersama seluruh pihak harus terus dilakukan dan terus, lalu telah dilaunching Kantor Sekretariat Bersama (Sekber) yang difasilitasi OJK, BI, BPS dan semua yang terlibat dalam rangka percepatan peningkatan perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan termasuk mendorong peningkatan produksi pangan di provinsi Sumatera Selatan," ungkapnya.
Keberadaan Sekber ini diharapkan dapat menjadi wadah koordinasi yang efektif antar berbagai pemangku kepentingan, mempercepat pengambilan keputusan, dan memastikan program-program pembangunan berjalan dengan lancar. Dengan sinergi yang kuat, diharapkan target-target pembangunan, termasuk di bidang pangan, dapat tercapai dengan optimal.
Zulkifli Hasan: Dukungan Penuh untuk Swasembada Pangan
Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Dr (H.C) H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., yang turut hadir dalam rakor tersebut, menegaskan bahwa swasembada pangan merupakan program prioritas utama pemerintah. "Sesuai arahan Presiden RI Prabowo Subianto, bahwa Indonesia ditargetkan untuk dapat swasembada pangan sesegera mungkin," tegas Zulkifli Hasan.
Dukungan penuh dari pemerintah pusat ini menjadi motivasi dan penguat bagi pemerintah daerah, termasuk Sumatera Selatan, untuk menggenjot produksi pangan. "Jadi Pak Gubernur, kita harus dukung program ini dengan berbagai cara, bekerjasama dan berkolaborasi. Kita harus mensukseskan apa yang menjadi tujuan ini dengan melibatkan semua pihak di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota," ujar Zulkifli Hasan, menyerukan sinergi dan kolaborasi antar tingkatan pemerintahan.
Dua Strategi Utama: Optimalisasi Lahan dan Pembukaan Lahan Baru
Zulkifli Hasan memaparkan dua strategi utama untuk mencapai swasembada pangan. Pertama, optimalisasi lahan sawah yang sudah ada. "Terdapat dua cara untuk mencapai tujuan tersebut antara lain yaitu mengoptimalisasi lahan sawah yang sudah ada dengan cara memperhatikan irigasinya, pupuk, penyuluh, dan lainnya," jelasnya. Optimalisasi ini mencakup perbaikan dan pembangunan infrastruktur irigasi, penyediaan pupuk yang cukup dan terjangkau, serta pendampingan oleh penyuluh pertanian kepada para petani.
Kedua, pembukaan lahan-lahan baru di berbagai daerah. Strategi ini bertujuan untuk memperluas area tanam dan meningkatkan produksi pangan nasional. Pembukaan lahan baru harus dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sumatera Selatan: Lumbung Pangan Andalan
Zulkifli Hasan menaruh harapan besar pada Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan andalan. "Dia melihat Provinsi Sumsel termasuk yang luas, hampir 500 ribu hektar. Apalagi Sumsel sebagai daerah lumbung pangan dan menjadi andalan," ungkapnya. Dengan potensi lahan yang luas dan subur, Sumsel memiliki peran strategis dalam mewujudkan swasembada pangan nasional.
Namun, Zulkifli Hasan juga mengingatkan tentang tantangan yang dihadapi, khususnya terkait irigasi. "Menko menyebutkan masalah irigasi memang menjadi persoalan untuk panen, ada yang 1 kali tanam dan 2 kali tanam, makanya ada beberapa irigasi yang harus dibangun dan diperbaiki. Irigasi ini ada yang kewenangan kabupaten, provinsi dan pusat," jelasnya. Oleh karena itu, perbaikan dan pembangunan infrastruktur irigasi menjadi prioritas utama yang harus segera ditangani.
Kerja Keras dan Usaha Maksimal: Arahan Presiden Prabowo
Zulkifli Hasan juga menyampaikan arahan Presiden Prabowo Subianto agar seluruh jajaran pemerintah bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan swasembada pangan. "Presiden juga memerintahkan agar kita ini bekerja keras dan berusaha dulu," tegasnya. Arahan ini menunjukkan keseriusan dan komitmen pemerintah dalam mencapai target swasembada pangan.
"Oleh karena itu pihaknya sudah melakukan beberapa kali rakor dimana nanti tidak impor beras lagi tahun ini. Termasuk tidak impor garam, jagung dan gula untuk tahun ini," tambah Zulkifli, memberikan gambaran tentang target ambisius pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor komoditas pangan strategis.
Visi dan Misi yang Sama: Kunci Menuju Swasembada
Zulkifli Hasan menekankan pentingnya kesamaan visi dan misi di antara seluruh pemangku kepentingan. "Menurutnya hari ini yang paling penting adalah punya visi dan misi yang sama karena kita sebagai satu tim," ujarnya. Dengan visi dan misi yang selaras, diharapkan seluruh jajaran pemerintah, dari pusat hingga daerah, dapat bekerja secara sinergis dan efektif dalam mewujudkan swasembada pangan.
"Dengan semangat kerjasama satu tim Insya Allah beras, garam, jagung dan gula tidak di impor lagi," tambahnya, menyiratkan optimisme terhadap tercapainya target swasembada pangan. "Kunci sukses swasembada pangan itu optimalisasi lahan, Pak Presiden sangat konsen hal ini," tegas Zulkifli Hasan.
Harga Gabah dan Jagung: Insentif bagi Petani
Dalam kesempatan tersebut, Zulkifli Hasan juga mengumumkan rencana kenaikan harga gabah dan jagung. "Di sisi lain Menko mengatakan untuk gabah ini akan dinaikkan dari Rp. 6.000 menjadi Rp. 6.500, jagung dari Rp. 5.000 menjadi Rp. 5.500," ungkapnya. Kenaikan harga ini diharapkan dapat menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi mereka.
"Pada tanggal 15 nanti baru Bulog akan membeli gabah dengan harga Rp. 6.500. Sementara jagung akan mulai dibeli pada bulan Februari dengan harga Rp. 5.500," jelas Zulkifli Hasan. Dengan harga yang lebih baik, diharapkan kesejahteraan petani akan meningkat dan mereka akan semakin termotivasi untuk menanam padi dan jagung.
Dukungan Penuh untuk Masa Panen Raya: Sinergi Multipihak
Menyadari pentingnya masa panen raya yang akan datang, Zulkifli Hasan meminta dukungan penuh dari seluruh pihak terkait. "Dia meminta kepada Gubernur, Bupati, Forkopimda dan pihak lainnya untuk mendukung ini semua mengingat masa panen tidak lama lagi. Mohon kerjasama dan perhatiannya karena Bulog tidak bekerja sendiri," ujarnya. "Pada bulan Februari, Maret dan April puncaknya panen raya. Maka ini perlu dukungan kita semua," tutupnya, menegaskan pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam menyukseskan swasembada pangan.
Rapat Koordinasi Bidang Pangan yang dihadiri oleh Pj Gubernur Sumsel Elen Setiadi dan Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan, menegaskan komitmen kuat pemerintah untuk mewujudkan swasembada pangan di Indonesia, khususnya di Sumatera Selatan.
Dengan fokus pada optimalisasi lahan, perbaikan irigasi, penyediaan pupuk, dan dukungan kepada petani, serta rencana kenaikan harga gabah dan jagung, pemerintah optimistis target swasembada dapat tercapai. Sinergi antara pemerintah pusat dan daerah, serta dukungan dari seluruh stakeholder, termasuk Forkopimda, Bulog, dan petani, menjadi kunci utama dalam menyukseskan program ini.
Sumatera Selatan, dengan potensinya sebagai lumbung pangan, diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan impor komoditas pangan strategis. Keberhasilan program ini akan menjadi langkah penting menuju Indonesia yang berdaulat pangan dan sejahtera.