Kayuagung, gradasigo - Di tengah teriknya matahari, para petani di Desa Gajah Mati, Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, bersuka cita menyambut panen raya padi. Lahan persawahan yang membentang luas menghasilkan bulir-bulir padi yang menjanjikan kemakmuran. Namun, di balik kegembiraan itu, terselip sejumlah tantangan yang harus mereka hadapi.
Peltu Tema Arifadi, Babinsa Desa Gajah Mati Koramil 402-13/Sungai Menang, menjelaskan bahwa panen padi di Desa Gajah Mati dimulai sejak akhir September 2024 dan berlangsung hingga saat ini.
"Lahan pertanian padi di Desa Gajah Mati cukup luas. Dan yang dipanen sekarang ini juga luas," ujarnya saat ditemui di lokasi panen, Senin (21/10/2024).
Dari total luas lahan persawahan, sekitar 120 hektar telah dipanen, sementara 180 hektar lainnya masih menunggu giliran. Varietas padi yang dipanen beragam, di antaranya IR 32, uyul, cibatu Madangkara, cimelati, dan MR.
Tema mengungkapkan bahwa selama musim kemarau kemarin, beberapa petani mengalami kegagalan panen akibat kekurangan air, serangan hama tikus, dan intrusi air asin.
"Terkait keluhan dan kendala yang dialami oleh petani, selalu dibantu dan dicarikan solusinya oleh pihak kami sebagai babinsa wilayah binaan. Sehingga gagal panen tidak luas," ungkapnya.
Kendala Transportasi Menghambat Kelancaran Panen
Meskipun berhasil panen, para petani di Desa Gajah Mati masih menghadapi kendala dalam mengangkut hasil panen. Kondisi jalan darat yang belum memadai menyulitkan mereka untuk mengangkut padi ke tempat penjualan.
"Jalur darat belum memadai dan apabila menggunakan jalur atau transportasi air mengeluarkan biaya yang mahal. Termasuk juga rawan kecelakaan karena sungai dangkal," jelas Peltu Tema.
Kondisi sungai yang dangkal dan banyaknya tonggak kayu juga membahayakan petani yang menggunakan transportasi air. Mereka terpaksa menunggu air pasang pada malam hari untuk mengangkut hasil panen, yaitu sekitar pukul 21.00 hingga 04.00 WIB.
Para petani di Desa Gajah Mati sangat membutuhkan bantuan pemerintah dalam menyediakan transportasi yang memadai untuk mengangkut hasil panen.
"Sejumlah petani padi khususnya di Desa Gajah Mati ini sangat membutuhkan transportasi dalam membawa hasil panen. Sehingga meminta pemerintah untuk membantu," tegas Peltu Tema.
Untuk mengatasi kendala kekurangan air di musim kemarau, pihak babinsa bersama pemerintah telah melaksanakan program Optimasi Lahan (OPLA) yang merupakan kerjasama antara Kementerian Pertanian dan TNI. Program ini bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman dan menjamin ketersediaan air bagi lahan sawah tadah hujan.
"Kabupaten OKI luas dan adanya program OPLA sangat membantu petani khususnya pada saat kemarau yaitu untuk pengairan sawah tadah hujan," jelas Peltu Tema.
Meskipun masih menghadapi berbagai kendala, para petani di Desa Gajah Mati tetap semangat dalam mewujudkan swasembada pangan.
"Petani-petani yang ada di desa meskipun bantuan pertanian minim, tetapi masyarakat yaitu petani tetap semangat mewujudkan swasembada pangan," ujarnya.
Keberhasilan panen raya di Desa Gajah Mati merupakan bukti nyata dari kerja keras dan keuletan para petani dalam menghadapi berbagai tantangan.
Namun, permasalahan transportasi yang masih menghambat mengingatkan kita akan pentingnya peran pemerintah dalam menyediakan infrastruktur yang memadai untuk mendukung sektor pertanian.
Dengan adanya dukungan dan fasilitas yang memadai, diharapkan para petani dapat lebih sejahtera dan swasembada pangan dapat terwujud.