Edukasi

Pentingnya Menjaga Hubungan Antara Murid dan Guru: Tata Cara Menegur Siswa dalam Agama Islam

suasana pembelajaran yang nyaman dapat mempermudah penyampaian dalam belajar sumber gambar: dokumentasi prbadi

suasana pembelajaran yang nyaman dapat mempermudah penyampaian dalam belajar sumber gambar: dokumentasi prbadi

Kediri, gradasigo- Guru merupakan sosok yang sangat penting dalam bidang pendidikan. Guru tidak hanya bertugas sebagai orang yang memberikan wawasan kepada peserta didik saja. Namun, guru juga berkewajiban memberikan contoh yang baik, sebagai teladan bagi para muridnya. Mengikuti istilah Jawa, guru merupakan singkatan dari ”digugu lan ditiru”. Digugu berarti dipercaya dan dipatuhi, sedangkan ditiru berarti diikuti.

Di dalam agama Islam, disebutkan dalam Kitab Ta’lim Muta’allim, guru merupakan sosok yang berperan penting dalam proses pendidikan, yaitu sebagai sumber ilmu pengetahuan bagi para muridnya. Di dalam Kitab Ta’lim Muta'alim juga disebutkan bahwa guru yang ideal itu memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu berpengetahuan luas (alim), jauh dari perbuatan dosa (wara’), berumur tua/dewasa, memiliki wibawa, murah hati, serta memiliki sifat penyabar dan kasih sayang.

Dalam penjelasan yang tertera di dalam kitab tersebut, bahwa guru yang memiliki sifat sabar dan penyayang adalah guru yang memiliki hubungan baikn dengan muridnya. Dengan adanya hubungan baik, maka murid akan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Salah satu cara menjaga hubungan agar tetap baik, yaitu perhatian terhadap muridnya dan menegur serta mengingatkan muridnya yang salah sebagai bentuk kewajiban seorang guru.

Setiap guru wajib perhatian terhadap semua muridnya. Jika ada murid yang salah, guru wajib mengingatkannya. Dalam mengingatkan murid yang salah itu, guru harus punya cara dan sikap bijak. Oleh karena itu, setiap guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya. Selain itu, guru harus mempunyai hubungan baik dengan muridnya. Jika seorang guru sudah menjadi teladan dan mempunyai hubungan baik dengan murid-muridnya, maka ketika murid melakukan kesalahan, murid itu akan lebih mudah untuk diingatkan.

Pada masa sekarang, banyak sekali berita mengenai kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada muridnya yang berbuat salah. Padahal, niat guru itu adalah mengingatkan muridnya yang berbuat salah. Akan tetapi, karena sedikitnya teladan yang diberikan dan tidak adanya hubungan baik antara guru dan muridnya, peringatan itu dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Sehingga, muncullah berita kekerasan yang dilakukan guru terhadap muridnya.

Sebenarnya, pada masa lalu guru selalu mengingatkan muridnya yang berbuat salah. Bahkah, guru kerap memberikan hukuman berupa pukulan kepada muridnya yang berbuta salah. Namun, guru zaman dulu selalu memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya. Hukuman pukulan yang diberikan guru kepada muridnya merupakan pukulan peringatan, bukan pukulan yang sewenang-wenang. Guru pada zaman dahulu memiliki batasan dalam menghukum muridnya, meskipun dengan hukuman fisik.

Dalam agama Islam, terdapat beberapa kategori dalam memperingatkan murid yang melakukan kesalahan. Disimpulkan dari Bahtsul Masa’il Kubro (13/12/2023) di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, mengenai cara menegur murid, yaitu mengikuti pada Kitab Fath Al-Mu’in, Tuhfah al-Muhtaj, Kitab Bujairomi 'ala Al-Khatib, dan kitab-kitab yang lain menjelaskan, pada dasarnya guru memiliki hak untuk menghukum muridnya sebagai bentuk pendidikan. Namun, hukuman yang diberikan tidak bertentangan dengan beberapa ketentuan, di antaranya seperti berikut.

  • Tidak menimbulkan rasa sakit yang berlebihan (atau bisa juga dengan tidak menimbulkan bekas terhadap fisik murid).
  • Tidak berdampak pada psikis murid. Dalam hal ini bisa diartikan hukuman yang diberikan oleh guru tidak menjadikan murid trauma akan hukuman yang diberikan oleh guru.
  • Menghindari bagian-bagian yang rawan, guru harus mengetahui batasan dalam memberikan hukuman yang berupa hukuman fisik untuk tidak menyentuh bagian yang rawan.

Seiring dengan berkembangnya zaman, sudah seharusnya terdapat perubahan dalam membuat jera murid dalam melakukan kesalahan. Membuat jera tidak hanya dengan pukulan, tapi bisa dengan cara yang lain, misalnya dengan memberi tugas menghafal pelajaran atau membuat karya tulis, dan lain sebagainya. Bentuk hukuman semacam itu bisa jadi membuat jera murid, tapi tidak menyakiti murid. Atau bentuk hukuman lain yang dapat membuat jera si murid, namun karena adanya hukuman itu, dapat membuat hubungan antara murid dan guru menjadi baik. Sehingga, ketika guru menyampaikan pembelajaran, murid dapat merasa nyaman, namun murid tetap menghindari melakukan kesalahan.

Sumber: rumusan Bahtsul masail Kubro pondok pesantren Lirboyo kediri 13 Desember 2023

Related Post