Edukasi

Ramadan di Tengah Samudra, Kisah Inspiratif Kru Kapal Pesiar Jaga Spiritualitas di Lautan Luas

Ramadan di Tengah Samudra, Kisah Inspiratif Kru Kapal Pesiar Jaga Spiritualitas di Lautan Luas. Foto: dok. Ditjen Vokasi

Ramadan di Tengah Samudra, Kisah Inspiratif Kru Kapal Pesiar Jaga Spiritualitas di Lautan Luas. Foto: dok. Ditjen Vokasi

New York, gradasigo – Gemuruh ombak memecah keheningan malam di tengah Samudra Atlantik. Di atas sebuah kapal pesiar mewah yang membelah lautan luas, seorang perempuan muda bernama Anggun Puput Septo Mubarok tengah bersiap menyambut waktu sahur. Ia adalah seorang Housekeeping Steward, salah satu awak kapal yang bertanggung jawab menjaga kebersihan dan kerapian kabin penumpang di kapal MSC Cruises, perusahaan kapal pesiar ternama dunia.

Bagi Anggun, bekerja di kapal pesiar bukan sekadar pekerjaan, melainkan sebuah petualangan hidup yang penuh warna. Selama lima tahun terakhir, ia telah menjelajahi berbagai penjuru dunia, bertemu dengan orang-orang dari berbagai bangsa dan budaya, serta merasakan dinamika kehidupan di tengah laut. Namun, ada satu momen spesial yang selalu hadir mewarnai perjalanannya setiap tahun, bulan suci Ramadan.

Menjalankan ibadah puasa Ramadan di atas kapal pesiar tentu bukanlah hal yang mudah. Anggun harus menghadapi berbagai tantangan unik yang tidak dialami oleh umat Muslim di daratan. Mulai dari perbedaan waktu imsak dan berbuka yang berubah-ubah mengikuti pergerakan kapal, lingkungan kerja multikultural dengan minimnya pemahaman tentang Ramadan, hingga kerinduan mendalam terhadap suasana Ramadan di kampung halaman.

Meski demikian, semangat Ramadan tak pernah pudar di hati Anggun. Ia justru menemukan kekuatan spiritual dan momen-momen berkesan yang memperkaya pengalaman Ramadannya di tengah samudra. Kisah Anggun adalah cerminan keteguhan iman, adaptasi, dan kemampuan untuk menemukan keindahan spiritualitas di mana pun berada, bahkan di tengah lautan luas.

Jejak Vokasi Membawa Anggun ke Dunia Maritim Internasional

Sebelum menaklukkan ombak dan melayani ribuan penumpang kapal pesiar, Anggun adalah seorang alumni Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Duta Persada, sebuah institusi pendidikan vokasi terkemuka di Yogyakarta. Keputusan Anggun untuk terjun ke dunia pendidikan vokasi, khususnya melalui kursus dan pelatihan, adalah langkah yang berani dan visioner. Pada awalnya, kursus dan pelatihan mungkin terasa asing baginya, namun Anggun menyadari bahwa penguasaan keterampilan praktis dan mental yang kuat adalah kunci untuk meraih kesuksesan di dunia kerja internasional.

LKP Duta Persada menjadi jembatan emas yang mengantarkan Anggun menuju impiannya. Di sana, ia tidak hanya dibekali dengan keterampilan teknis yang mumpuni di bidang perhotelan dan pelayanan, tetapi juga dibentuk mentalnya agar siap menghadapi tantangan dan persaingan di dunia kerja global. Kurikulum yang komprehensif, instruktur yang kompeten, dan lingkungan belajar yang suportif menjadi modal berharga bagi Anggun untuk bersaing di industri kapal pesiar internasional.

Terbukti, alumni LKP Duta Persada ini berhasil membuktikan kualitasnya. Ia diterima bekerja di MSC Cruises, salah satu perusahaan kapal pesiar terbesar dan termewah di dunia. Pencapaian Anggun adalah bukti nyata bahwa pendidikan vokasi mampu mencetak tenaga kerja profesional yang berdaya saing global. Kisah suksesnya juga menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk memilih jalur pendidikan vokasi sebagai jalan menuju karir impian di dunia internasional.

Tantangan Ramadan di Negeri Orang: Sabar dan Jaga Stamina

Empat tahun sudah Anggun menjalankan ibadah puasa Ramadan di atas kapal pesiar. Setiap tahun, pengalaman Ramadannya selalu unik dan penuh warna. Namun, ada satu benang merah yang selalu hadir dalam setiap Ramadan di kapal: tantangan. Menurut Anggun, tantangan terbesar adalah menjaga kesabaran.

Bekerja di lingkungan multikultural dengan kru dari berbagai negara dan agama, Anggun seringkali menghadapi situasi di mana orang-orang di sekitarnya tidak memahami esensi Ramadan dan pengalaman berpuasa. Beberapa rekan kerja mungkin tidak sengaja makan atau minum di depannya saat ia berpuasa. Ada pula yang bertanya dengan nada heran mengapa ia tidak ikut makan siang saat jam istirahat.

“Mereka terkadang menyamakan kita dengan diri mereka yang tidak berpuasa. Nah, di situlah kita harus bersabar dan bisa menghadapi situasi dengan bijak,” ujar Anggun dengan nada lembut. Ia menyadari bahwa edukasi dan pemahaman tentang Ramadan belum merata di kalangan internasional. Oleh karena itu, Anggun memilih untuk bersikap sabar, menjelaskan dengan baik tentang ibadah puasa, dan menunjukkan contoh perilaku yang baik sebagai seorang Muslim yang berpuasa.

Selain kesabaran, menjaga stamina juga menjadi tantangan tersendiri bagi Anggun. Pekerjaan sebagai Housekeeping Steward di kapal pesiar cukup berat dan membutuhkan fisik yang prima. Ia harus bekerja dalam jadwal yang padat, berpindah-pindah antar kabin, dan melayani kebutuhan penumpang sepanjang hari. Di tengah kesibukan tersebut, Anggun tetap harus menjalankan ibadah puasa dariSubuh hingga Magrib.

Untuk mengatasi tantangan stamina, Anggun menerapkan pola hidup sehat yang disiplin. Ia berusaha mencukupi kebutuhan tidur, mengonsumsi makanan sahur dan berbuka yang bergizi seimbang, serta menyempatkan diri berolahraga ringan di sela-sela waktu istirahat. Kesehatan fisik dan mental menjadi prioritas utama bagi Anggun agar tetap kuat dan produktif selama Ramadan di kapal.

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi, Anggun merasa bersyukur karena mendapatkan dukungan penuh dari perusahaan tempatnya bekerja, MSC Cruises. Perusahaan ini menunjukkan apresiasi dan perhatian yang besar terhadap kebutuhan kru Muslim yang menjalankan ibadah puasa.

Salah satu bentuk dukungan nyata dari MSC Cruises adalah penyediaan makanan sahur dan berbuka yang halal dan spesial. Makanan ini berbeda dari menu makanan kru lainnya, dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi saat berpuasa. Menu sahur biasanya terdiri dari makanan berat seperti nasi, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan, serta minuman hangat seperti teh atau kopi. Sementara itu, menu berbuka menyajikan kurma, kolak, gorengan, dan berbagai hidangan lezat lainnya khas Ramadan.

Selain makanan, MSC Cruises juga memberikan fleksibilitas waktu bagi kru Muslim untuk beribadah. Meskipun jadwal kerja di kapal pesiar sangat ketat, perusahaan tetap memungkinkan kru Muslim untuk menjalankan ibadah salat di sela-sela waktu kerja. Anggun menjelaskan bahwa komunikasi yang baik dengan atasan menjadi kunci untuk mengatur waktu istirahat dan beribadah.

“Jika waktu salat Magrib tiba, kita bisa meminta izin sebentar kepada atasan untuk menjalankan ibadah,” ungkap Anggun. Ia menambahkan bahwa atasan dan rekan kerja non-Muslim di kapal juga sangat respek terhadap kru Muslim yang berpuasa. Mereka berusaha untuk tidak makan atau minum di depan kru Muslim sebagai bentuk penghormatan. Solidaritas dan toleransi beragama sangat terasa di lingkungan kerja multikultural kapal pesiar.

Momen Sahur Penuh Haru dan Rindu Kampung Halaman

Salah satu momen paling berkesan bagi Anggun selama Ramadan di kapal adalah saat sahur bersama teman-teman Muslim dari berbagai negara. Setiap tahun, ia selalu menyempatkan diri untuk sahur berjamaah dengan kru Muslim lainnya yang berasal dari Kenya, Maroko, Meksiko, dan negara-negara lainnya.

Di ruang makan kru kapal yang biasanya ramai dan bising, suasana saat sahur mendadak berubah menjadi khusyuk dan penuh kehangatan. Mereka duduk bersama, menyantap hidangan sahur sederhana, berbagi cerita dan pengalaman Ramadan, serta memanjatkan doa bersama. Momen ini menjadi oase spiritual di tengah kesibukan kerja dan keramaian kapal pesiar.

“Di momen itu, terasa sekali rasa persaudaraan sesama Muslim, seolah kita berasal dari satu keluarga besar, yaitu keturunan Nabi Adam,” ungkap Anggun dengan penuh haru. Ia merasakan kehangatan ukhuwah Islamiyah yang melampaui batas negara dan budaya. Sahur bersama menjadi pengobat rindu kampung halaman dan keluarga tercinta.

Meski Ramadan di kapal memberikan pengalaman unik dan berharga, tak bisa dipungkiri bahwa kerinduan terhadap keluarga dan kampung halaman tetap menyelimuti hati Anggun. Terutama saat momen-momen spesial Ramadan seperti sahur dan berbuka bersama keluarga besar, salat tarawih berjamaah di masjid kampung, dan suasana meriah malam takbiran.

“Terkadang, kita kangen dengan suasana sahur dan berbuka bersama keluarga di rumah. Namun, di sini kita juga memiliki keluarga baru di kapal, dengan suasana dan pengalaman yang sangat berbeda,” kata Anggun. Ia menyadari bahwa setiap tempat dan setiap pengalaman memiliki keunikan tersendiri. Ramadan di kapal pesiar memang berbeda, namun tetap bermakna dan penuh berkah.

Pesan Semangat untuk Generasi Muda Vokasi Indonesia

Di penghujung perbincangan, Anggun menyampaikan pesan semangat kepada calon kru kapal pesiar, khususnya alumni dan siswa LKP Duta Persada yang bercita-cita bekerja di kapal pesiar. Ia ingin berbagi pengalaman dan motivasi agar generasi muda Indonesia berani bermimpi besar dan mengejar karir impian di dunia maritim internasional.

“Siapkan diri kalian untuk mengenal dunia yang sangat luas ini. Bekerja di kapal pesiar itu memberikan pengalaman luar biasa, termasuk saat menjalani Ramadan. Meski jauh dari keluarga, kalian akan menemukan keluarga baru dan pelajaran hidup yang sangat berharga. Tetap semangat dan jangan ragu untuk mengejar impian kalian,” ujar Anggun dengan penuh semangat dan keyakinan.

Kisah inspiratif Anggun Puput Septo Mubarok adalah bukti nyata bahwa dengan kesabaran, ketekunan, dan pola pikir yang positif, segala tantangan bisa dilalui, bahkan di tengah lautan luas. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin berkarir di kapal pesiar dan menjalani Ramadan dengan penuh makna, di mana pun mereka berada.

Kisah Ramadan Anggun di kapal pesiar MSC Cruises adalah sebuah narasi inspiratif tentang keteguhan iman, kemampuan adaptasi, dan kekuatan komunitas di tengah perbedaan dan tantangan. Di tengah rutinitas kerja yang padat dan jauh dari kampung halaman, Anggun mampu menemukan kedamaian spiritual dan menjalankan ibadah Ramadan dengan khusyuk. Dukungan dari perusahaan, solidaritas rekan kerja, dan momen-momen kebersamaan dengan sesama Muslim menjadi penyemangat dan pengobat rindu di tengah samudra.

Pengalaman Anggun juga menegaskan bahwa Ramadan bukanlah terikat pada ruang dan waktu. Spiritualitas dapat dipraktikkan di mana saja, bahkan di atas ombak yang bergelora. Yang terpenting adalah niat yang tulus, kesabaran dalam menghadapi tantangan, dan kemampuan untuk menemukan kebaikan dan keindahan dalam setiap situasi. Kisah Anggun menjadi cermin inspirasi bagi kita semua untuk menjalani hidup dengan penuh makna, menjaga spiritualitas di tengah kesibukan dunia, dan menemukan kehangatan persaudaraan di mana pun kaki kita berpijak.

Related Post